Sudan Ancam Tutup Perbatasan dengan Sudan Selatan
KHARTOUM, SATUHARAPAN.COM - Sudan pada Minggu (18/9) mengancam akan menutup perbatasannya dengan Sudan Selatan, yang digunakan oleh para pengungsi konflik, bila Juba gagal "memenuhi komitmennya" dalam mengusir kelompok pemberontak yang memerangi Khartoum.
Sudan Selatan memisahkan diri dari Sudan pada 2011 di bawah kesepakatan damai yang mengakhiri perang sipil selama 22 tahun, namun Juba dan Khartoum saling menuduh bahwa mereka mendukung pasukan pemberontak di wilayah masing-masing, tuduhan yang disangkal oleh keduanya.
Sudan beberapa kali menuduh negara tetangganya membantu para pemberontak di Darfur yang dilanda perang, Nile dan wilayah Kordofan Selatan.
"Wakil Presiden Sudan Selatan Taban Deng memberi jaminan bahwa Juba akan mengusir pemberontak dalam waktu 21 hari setelah kunjungannya ke Khartoum," kata Menteri Luar Negeri Kamal Ismail, seperti dikutip Sudan Media Centre.
"Bila pemerintah Sudan Selatan gagal memenuhi komitmen ini, maka pemerintah Sudan akan menutup perbatasan tersebut dan juga menghentikan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Sudan Selatan," katanya.
"Sudan Selatan harus mengambil keputusan politik untuk mengusir kelompok pemberontak tersebut."
Deng mengunjungi Khartoum pada 21-22 Agustus, dalam kunjungan pertamanya sebagai wakil presiden, dan menggelar pembicaraan tentang isu-isu yang beredar antara kedua negara tersebut sejak Sudan Utara-Selatan berpisah.
Presiden Sudan Omar al Bashir memerintahkan pembukaan kembali perbatasan dengan Sudan Selatan pada 27 Januari setelah beberapa tahun hubungan yang bergolak antara kedua negara bertetangga tersebut, termasuk sengketa beberapa daerah perbatasan. (AFP)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...