Tarum, Pewarna Alami Komoditas Dagang Penting
SATUHARAPAN.COM – Tumbuhan tarum kembali dilirik ketika kepedulian terhadap pelestarian lingkungan mulai menjadi gaya hidup. Proses pewarnaan secara alami pada batik dan tenun dengan tarum memiliki nilai jual tinggi, dengan semakin banyak orang menyadari zat pewarna buatan yang berlebihan dapat membahayakan lingkungan dan kesehatan kulit penggunanya.
Tarum, atau juga indigo, nama yang diambil dari penggalan nama ilmiahnya dalam bahasa Latin, Indigofera tinctoria, adalah tumbuhan penghasil warna biru alami. Penggunaan zat pewarna pakaian ini terutama dilakukan dalam pembuatan batik atau tenun ikat tradisional dari Nusantara. Daunnya yang menghasilkan warna biru tua, biasa disebut wedelan.
Zat pewarna indigo, produk dari tumbuhan ini, juga merupakan komoditas dagang yang penting.
Tarum adalah tumbuhan asli Asia tropis, yang kemudian menyebar ke daerah bersuhu sedang. Di Jawa, tumbuhan ini disebut tom. Nama indigo, atau indian indigo, adalah namanya dalam bahasa Inggris. Di Filipina, tumbuhan ini disebut tagung-tagung, talom, atau tailung, sementara di Malaysia disebut tarom atau nila. Nama lain di daerah penyebarannya adalah kraam atrau na-kho (Thailand), cham (Vietnam), basma (Iran dan negara-negara pecahan Uni Soviet).
Mengutip dari jakarta.go.id, tarum adalah jenis tumbuhan berupa perdu yang pangkalnya berkayu, termasuk dalam suku Fabaceae, keluarga kacang-kacangan.
Tingginya dapat mencapai 1 meter, dengan percabangan tegak. Daunnya berhadapan. Bunganya kecil berupa tandan, yang muncul di ketiak daun yang berwarna kemerahan, kuning kemerahan, hingga violet.
Tarum tumbuh di daerah ketinggian antara 0-800 meter di atas permukaan laut, antara lain di tepi sungai, di tepi jalan, padang rumput, lahan pertanian, pantai berpasir, dan hutan.
Namun, referensi dari Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian seperti ditulis dalam situs web ditjenbun.pertanian.go.id, menyebutkan jenis-jenis indigofera dapat tumbuh sampai ketinggian 1.650 m diatas permukaan laut. Tumbuhan ini tumbuh subur di tanah gembur yang kaya akan bahan organik.
Sebagai tanaman penghasil pewarna, indigofera ditanam di dataran tinggi, sebagai tanaman sekunder di tanah sawah. Tarum menyukai lahan berdainase cukup baik.
Manfaat dan Khasiat Tarum
Tarum, pada masa lalu, seperti dapat dibaca di Wikipedia, menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat Sunda. Banyak tempat di wilayah Jawa Barat yang dinamai berdasarkan nama tumbuhan ini, seperti Ci Tarum, Kerajaan Taruma, Kota Banjar Pataruman, dan Tarumajaya.
Pada mulanya para pengusaha batik menggunakan pewarna alami tarum ini untuk mewarnai kain batik mereka untuk warna biru. Warna biru dihasilkan dari perendaman daun tarum selama semalam. Setelah semalam akan terbentuk lapisan di atas yang berwarna hijau atau biru. Cairan itu direbus, lalu dijemur hingga kering.
Dalam perkembangannya, pengusaha batik kemudian lebih memilih pewarna buatan begitu zat pewarna buatan didatangkan dan diperkenalkan. Wikipedia menuliskan ketika pemerintah kolonial Belanda menghentikan impor pewarna buatan pada tahun 1914, reaksi keras datang dari pengusaha batik. Sejak itu, pamor tarum terus merosot. Tidak ada yang berusaha mengolah tarum secara lebih mudah. Pamor tarum kembali bersinar ketika sebagian orang mulai menyadari pentingnya pelestarian lingkungan dan menerapkannya sebagai gaya hidup.
Berbagai referensi menyebutkan selain dimanfaatkan sebagai bahan baku zat warna, tumbuhan tarum juga dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan tradisional. Remasan daunnya apabila dicampur dengan sirih dan pinang muda dapat dimanfaatkan sebagai param gosok pada luka memar. Jika dicampur dengan cairan bawang, dimanfaatkan sebagai obat cacing pada anak-anak. Sari daunnya apabila dicampur dengan madu dapat meringankan penderita penyakit hati dan epilepsi, sedangkan sari akarnya sebagai penawar keracunan arsen.
Dalam tradisi pengobatan Ayurveda, pasta daun tarum digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan luka kulit, seperti luka karena gigitan serangga, gatal-gatal, bahkan luka karena gigitan kalajengking.
Manfaat lain dari tumbuhan ini, seperti dikutip dari situs ditjenbun.pertanian.go.id, adalah menyuburkan tanah dan dapat menahan erosi, sebagai tanaman penutup tanah dan sebagai pupuk hijau, khususnya di perkebunan-perkebunan teh, kopi, karet.
Namun, jenis paling tepat untuk digunakan sebagai tanaman penutup tanah, menurut ditjenbud.pertanian.go.id, adalah Indigofera arrecta. Jenis ini hanya dapat ditanam di kebun dengan sedikit naungan atau tanpa naungan. Jenis ini menyenangi iklim yang panas dan lembab dengan curah hujan tidak kurang dari 1.750 mm/tahun. Tanaman ini mampu bertahan terhadap penggenangan selama dua bulan namun tidak toleran terhadap curah hujan tinggi.
Dalam keadaan tumbuh secara alami atau miliar, jenis-jenis tarum dijumpai di tempat-tempat terbuka dengan sinar matahari penuh, misalnya lahan-lahan telantar, pinggir jalan, pinggir sungai, dan padang rumput, kadang-kadang sampai ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...