Umat Kristen Palestina Biasa Ucapkan Allahu Akbar di Gereja
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM - Ucapan Allahu Akbar yang berarti Allah Maha Besar kerap kali terdistorsi maknanya. Di kalangan Barat belakangan ini, Allahu Akbar terdengar sebagai nada ancaman, mengingat sejumlah aksi-aksi ekstrem dari kaum radikal Islam, sering dilakukan seraya meneriakkan kata-kata tersebut.
Di lain pihak, sementara kalangan Muslim kerap menganggap kata ini monopoli Islam sehingga tidak boleh dipergunakan di luar kalangan yang menganut keyakinan itu. Di Malaysia, kata Allah bahkan diklaim hanya milik Islam.
Namun, hal ini dibantah oleh Sebastia Theodosios atau Atallah Hanna, uskup Gereja Kristen Ortodoks di Patriakat Yerusalem.
Dalam sebuah wawancara dirinya oleh Nadezhda Kevorkova, wartawan perang yang telah meliput peristiwa Arab Spring serta berbagai konflik militer dan agama di berbagai belahan dunia, Atallah Hanna menegaskan bahwa Allahu Akbar adalah ekspresi tentang kebesaran Allah. Dan hal itu boleh diucapkan oleh siapa saja, termasuk oleh umat Kristen ketika berada di dalam gereja.
"Kami orang Kristen juga mengucapkan Allahu Akbar. Ini adalah ekspresi pemahaman tentang Sang Pencipta. Allahu Akbar adalah ekspresi keimanan kami," kata Atallah Hanna, uskup berkewarganegaraan Palestina tetapi berkantor di Yerusalem. Ia mengaku satu-satunya uskup di Yerusalem yang tidak diberi privilese keluar-masuk Israel tanpa pemeriksaan, sebagai konsekuensi dari kewarganegaraannya.
"Apakah umat mengatakan Allahu Akbar di gereja?" tanya Nadezhda, dalam wawancara yang sangat panjang, yang dilansir oleh rt.com, 30 Januari lalu dengan judul We Palestinian Christian say Allahu Akbar.
Atallah Hanna menjawabnya dengan tegas, "Tentu."
"Bagi kami, Allah bukan istilah Islam. Istilah ini digunakan di Arab untuk menunjukkan Sang Pencipta yang telah menciptakan dunia tempat kita hidup. Dengan demikian ketika kita menyeru Allah dalam doa kita, itu maksudnya adalah Sang Pencipta dunia," kata Atallah Hanna, yang dalam foto, tampak dengan ciri khas ulama Kristen Ortodoks, yakni cambang yang lebat menutupi leher.
"Dalam doa dan permohonan, dalam ibadah kami di Kristen Ortodoks kami menggunakannya (kata Allah) secara persis. Kami mengatakan, kemuliaan bagi Allah sepanjang waktu. Kami menyeru Allah sepanjang liturgi. Adalah kesalahan apabila berpikir bahwa kata Allah hanya digunakan oleh kaum Muslim," tutur dia.
"Kami orang Arab Kristen menyeru Allah dalam bahasa Arab sebagai cara mengidentifikasi dan mengalamatkan permohonan kepada Pencipta," tutur dia.
Di sisi lain, pria berusia 49 tahun ini juga menolak apabila kata Allah diasosiasikan dengan tindakan ekstrem tertentu seperti terorisme dan berbagai bentuk kekerasan agama lainnya yang dilakukan oleh kaum radikal Islam.
"Kami menolak mengasosiasikan kata ini (Allahu Akbar) dengan penyiksaan dan pembunuhan. Kami menolak frasa ini digunakan dalam konteks itu. Siapa yang melakukannya dia menghina agama kami dan nilai-nilai agama kami," tutur dia.
"Menggunakan kata Allahu Akbar sambil melakukan hal-hal yang bertentangan dengan agama, hal-hal yang tidak rohani dan tindakan-tindakan tidak beradab adalah melanggar agama. Allahu Akbar adalah ekspresi iman. Seseorang tidak boleh menggunakan kata ini untuk tujuan tidak agamawi atau mengesahkan kekerasan dan teror," kata dia.
Pada bagian lain wawancara itu, Atallah Hanna juga bercerita tentang perjuangan orang Kristen Palestina bersama dengan kaum Muslim di sana untuk mencapai kemerdekaan. Ia satu-satunya uskup berkebangsaan Palestina
di gereja ortodoks Patriakat Yerusalem, sedangkan yang lainnya berkebangsaan Yunani.
Beberapa kali ia ditahan oleh otoritas Israel. Ia kerap disetop di perbatasan, tatkala ia ingin menyeberang ke Israel dari Palestina. "Bagi pemerintah Israel, saya ini lebih dianggap sebagai orang Palestina daripada uskup," tutur dia.
Menurut Nadezedha, sepanjang wawancara yang dilakukan melalui telepon itu, Atallah Hana berkali-kali berkata Alhamdulillah, Insya Allah dan Masya Allah.
Atallah Hanna berbicara dalam Bahasa Arab dan menurut dia, kata Tuhan dalam Bahasa Arab adalah Allah.
Editor : Eben Ezer Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...