Youth Interfaith Camp: Menyimpul Generasi Duta Damai
BANDUNG, SATUHARAPAN.COM - Kehidupan umat beragama di Jawa Barat pada tahun-tahun terakhir diwarnai dengan kekerasan yang menodai kehidupan dan toleransi di tengah masyarakat, di lain pihak keberagaman adalah keniscayaan yang tidak bisa ditampik dan harus terus-menerus diperjuangkan.
Sebanyak 40 pemuda muslim dan kristiani mengikuti Youth Interfaith Camp di Padepokan Karang Tumaritis, Lembang, Bandung. Dalam acara yang berlangsung dari Jumat (29/11) hingga Minggu (1/12) itu, kader duta damai itu belajar mengenai radikalisme, kebangsaan, dan prasangka. Mereka juga mengikuti malam keakraban serta kunjungan ke rumah-rumah ibadah.
Pdt Darius Dubut dalam sesi HAM, radikalisme, dan keadilan, pada hari pertama, mengatakan, "Saatnya teks agama dilihat dari kacamata perdamaian.” Menurut Darius, hal itu penting mengingat maraknya kekerasan yang didasarkan pada tafsir agama. Penafsiran yang melahirkan radikalisme itu, menurutnya, berasal dari kacamata kekecewaan dan kebencian.
Pada hari berikutnya, peserta camp pemuda itu dibagi ke dalam empat lokakarya tematik, yakni media, hukum, radikalisme, dan multikulturisme. Peserta diajak melihat persoalan keberagaman lewat kacamata spesifik. Mereka juga mengikuti sesi berbagi pengalaman dari komunitas lintas-iman seperti Jaringan Kerja Antarumat Beragama (Jakatarub) di Bandung, Pemuda Lintas Iman (Pelita) di Cirebon, dan Lembaga Penelitian Sosial dan Agama (Lensa) di Sukabumi.
Peserta juga diminta membuat rencana tindak lanjut berupa kegiatan nyata. Wilayah 1 untuk Bandung Raya, misalnya, berencana membuat spanduk ucapan selamat hari raya untuk setiap hari besar keagamaan. Contoh lain adalah wilayah 3 untuk Sukabumi, Cianjur, dan Bogor, yang berencana mengadakan donor darah rutin di berbagai kelompok agama.
Pada Minggu (1/12), peserta berkesempatan mengunjungi Masjid An Nashir milik jemaat Ahmadiyah, Kong Miao milik jemaat Khonghucu, Vihara Dharma Ramsi milik jemaat Buddha, serta Gereja Katolik Santo Mikael. Di tiap tempat itu, ada pemaparan mengenai ajaran agama, tata cara peribadatan, dan makna interior rumah ibadahnya.
Acara buah kerja sama Gereja Kristen Pasundan dan Jakatarub itu diikuti oleh anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), pemuda Gereja Kristen Pasundan juga mahasiswa dari berbagai kota di Jawa Barat. Ketua Pelaksana Pdt Obertina berharap, ke depannya, pemuda itu menjadi duta perdamaian di daerah asal masing-masing. (Kontributor Rio Tuasikal, Jakatarub Bandung)
Editor : Sotyati
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...