13 Pelukis Mancanegara Ramaikan Ciputat Painting Festival
CIPUTAT, SATUHARAPAN.COM - Selama ini arus utama dunia seni di Tanah Air berporos pada empat kota besar: Yogyakarta, Bali, Jakarta, dan Bandung. Pada saat yang sama, kota-kota kecil di berbagai belahan Nusantara juga dihuni oleh banyak seniman yang merindukan kesempatan menampilkan karyanya tanpa harus pergi ke kota-kota besar itu.
Mimpi semacam itulah yang mendorong sejumlah seniman memprakarsai penyelenggaraan Ciputat Painting Festival (CPF), yang mengambil tempat di Rumah Budaya Nusantara Puspo Budoyo di Kampung Budoyo Ciputat, Banten. Acara ini berlangsung dari 5 Juni hingga 8 Juni.Pada festival itu akan dilaksanakan empat kegiatan dalam empat hari itu, yakni lomba lukis, pameran lukisan, pergelaran sendratari Ramayana, dan bazaar lukisan.
"Ciputat Painting Festival (CPF) tidak hanya ingin mengacu pada kota kecil, tetapi melalui kota kecil Ciputat ini, CPF diharapkan bisa menjadi festival internasional," kata Luluk Sumiarso, pendiri RBN Puspo Budoyo, dalam jumpa pers di pendopo rumah budaya tersebut Kamis (4/6) ini. Selain Luluk, turut berbicara dalam jumpa pers itu adalah Lady Lena Kelekian, pelukis asal Beirut dan presiden Mediterranean Advancing Development of Widespread Sustainability (MEADOWS), Neneng Sia Ferrier, Regional President MEADOWS untuk Asia Jauh, dan Ipong Purnama Sidhi, Regional Vice President MEADOWS untuk Timur Jauh. Konferensi pers dipandu oleh Sugiri William, relawan Meadows.
Hadirnya petinggi MEADOWS, LSM yang bergerak di bidang kemanusiaan dan berpusat di Beirut tersebut, bukan kebetulan. Dalam CPF kali ini, panitia bekerja sama dengan MEADOWS menghadirkan 13 pelukis yang tergabung dalam Grup MEADOWS. yang datang dari 13 negara termasuk dari Indonesia. Mereka adalah Lena Keleian dan Hagop Sulahian (Lebanon), Li Yushi (Tiongkok), Micky Garcia Del (Argentina), Len Zuks (Australia), Katsu Shimin (Jepang), Bruce Ferrier (kanada), Elsbeth Bauer (Belanda), Goh Beng Kwan (Singapura), Simon Tan (Malaysia), Mon Thet (Myanmar), Trinh Tuan (Vietnam), dan Wattanachot Tungateja (Thailand). Dari Indonesia ada Neneng Sia Ferrier, Ipong Purnama Sidhi, Lugiono, Heriawan Siaw, Aida Prayogo, Hanny Widjaya, Grace Tjondronimpuno, I Made Arya Dwita Dedok, dan Sugiri William.
"Kami menyediakan tempat terpisah untuk ekshibisi internasional yang diisi oleh lukisan-lukisan dari pelukis grup MEADOWS," kata Luluk.
Karena MEADOWS memiliki kepedulian pada isu-isu pembangunan berkelanjutan, ekshibisi lukisan mereka kali ini difokuskan pada isu-isu lingkungan yang dekat dengan kehidupan sehari-hari para pelukis. Mereka menyajikan karya dua dimensi berupa lukisan di atas kanvas yang mengungkapkan ekspresi mereka pada persoalan-persoalan lingkungan hidup keseharian. Ada gambaran tentang kebun bunga, festival budaya di Jember Festival, wayang atau legenda, Tahun Baru Tiongkok, dunia flora dan fauna, hubungan ibu dan anak, lansekap dan lain-lain.
Lena Kelekian, ketika berbicara dalam jumpa pers tersebut mengatakan, pihaknya menyambut gembira peristiwa budaya seperti CPF. Ia mengharapkan di masa mendatang ada kerja sama yang lebih besar, tidak hanya dalam pameran lukisan. Ia mengatakan, MEADOWS yang didirikan enam tahun lalu, kini sudah memiliki perwakilan di 36 negara.
"MEADOWS adalah organisasi nonpemerintah yang berangkat dari persamaan ide, yaitu persahabatan. Menggabungkan kemampuan untuk membangun sesuatu berdasarkan imajinasi. Awalnya MEADOWS hanya memfokuskan pada seni tetapi dengan berjalannya waktu berkembang menjadi kegiatan yang lebih luas, yang memberi kesempatan dan keyakinan kepada generasi muda untuk lebih bereksplorasi dan berkreasi dalam segala hal," kata Lena.
Neneng Sia Ferrier menambahkan, MEADOWS dalam waktu dekat akan mengadakan pameran lukisan karya anak-anak dari seluruh dunia di Atlanta, AS, dengan tema "World Peace". "Saat ini Meadows telah memiliki ratusan karya seni anak di seluruh dunia. Antara lain, hasil dari Winter Olympic 2013-2014," kata Neneng.
Ipong Purnomo Sidhi yang dalam penyelenggaraan CPF bertindak sebagai koordinator sekaligus ketua Indonesia Painting Society (IPS), menyatakan, sebagai puncak acara CPF adalah pergelaran sendratari Ramayana secara kolosal di Amphi Theatre Rumah Puspo Bodoyo. Tari ini menampilan penari senior dan siswa didik sekolah tari RBN Pospo Budoyo. Pada malam itu juga akan dilaksanakan penganugerahan Puspo Awards yaitu penghargaan, ada tiga pelukis yang karyanya dianggap terbaik dalam kompetisi lukis yang diselenggarakan selama pelaksanaan CPF.
Editor : Eben Ezer Siadari
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...