1.407 Jiwa Meninggal, Hari ke-5 Bantuan Masih Lambat di Palu
PALU, SATUHARAPAN.COM - Memasuki hari kelima pasca gempa dan tsunami yang melanda Palu dan Donggala di Sulawesi Tengah, korban tewas terus bertambah seiring dengan upaya evakuasi dan penyelamatan.
Jumlah korban meninggal dunia akibat gempa dan tsunami yang di Sulawesi Tengah merangkak naik menjadi 1.407 orang, kantor berita Reuters melaporkan, mengutip data Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Rabu (3/10).
Lebih dari 2.500 orang mengalami luka parah karena gempa berskala 7,5 SR dan tsunami yang mematikan pada Jumat (28/9) pekan lalu, menurut data BNPB.
Para petugas penyelamat juga berpacu dengan waktu menjangkau daerah-daerah yang belum mendapat bantuan. Namun, kerusakan sarana dan fasilitas, serta infrastruktur masih menghambat penyaluran bantuan dan upaya pencarian.
Menurut kantor badan bantuan kemanusiaan PBB, seperti dikutip AFP, ada sekitar 200.000 orang membutuhkan bantuan segera, termasuk ribuan anak-anak.
Sementara itu, pasokan makanan dan air bersih masih minim hingga para korban selamat harus berjuang mengatasi rasa lapar dan haus. Rumah sakit-rumah sakit juga kewalahan merawat korban luka yang jumlahnya ribuan.
“Kesan dari tim-tim yang bertugas di sana...ada rasa frustrasi besar,” kata Jens Laerke, kepala kantor badan bantuan kemanusiaan PBB kepada para wartawan di Jenewa, Selasa (2/10) petang.
“Masih ada wilayah-wilayah besar yang mungkin sangat terdampak, tapi belum dijangkau. Namun tim-tim terus bekerja dan mereka melakukan yang bisa mereka lakukan.”
Dalam pantauan AFP, di Kota Palu yang luluh lantak diterjang gelombang tsunami, petugas kepolisian terpaksa menembakkan tembakan peringatan untuk mencegah warga menjarah toko-toko.
Pusat Koordinator Bantuan Kemanusiaan ASEAN mengatakan yang sangat dibutuhkan sekarang adalah tambahan kantong jenazah, karena kekhawatiran jenazah-jenazah yang membusuk bisa menjadi sumber penyakit mematikan.
Upaya penyelamatan masih terhalang kurangnya peralatan berat, jalan-jalan utama yang rusak berat, tingkat kerusakan, serta keengganan pemerintah pada awalnya untuk menerima bantuan asing.
Bantuan internasional juga terus mengalir sejak Jakarta meminta bantuan. Pada Selasa Petang, Dana Pusat Respon Gawat Darurat PBB mengalirkan bantuan senilai $15 juta.
Rabu (3/10), Australia juga mengumumkan akan mengirimkan tim medis ke wilayah bencana dan menyediakan bantuan tambahan senilai $5 juta.
Meski sudah banyak komitmen bantuan internasional, tapi keputusasaan sangat terasa di Kota Palu. Para penyintas tampak menyisir puing-puing untuk mencari apa pun yang masih bisa diselamatkan.
Antrian panjang tampak di beberapa lokasi untuk mendapatkan air, uang tunai, atau BBM yang didatangkan dengan pengawalan konvoi polisi.
“Pemerintah, presiden sudah berkunjung. Tapi yang sangat kami butuhkan adalah makanan dan air,” kata Burhanuddin Aid Masse, 48 tahun, kepada AFP.
Warga yang selamat dari gempa dan tsunami antre untuk mendapat jatah bensin di sebuah SPBU di Palu, Sulawesi Tengah, Rabu, 3 Oktober 2018. (Foto: VOA)
Sanitasi juga mulai menjadi masalah.
“Semua orang ingin ke toilet, tapi tidak ada toilet satu pun. Jadi kami terpaksa melakukannya di sepanjang pinggiran jalan pada malam hari,” kata Armawati Yamin, 50 tahun.
Pelabuhan Palu, yang menjadi titik transit penting, juga rusak oleh gempa.
Tempat berlabuh kapal selamat dari kerusakan, tapi banyak mesin derek dan peralatan yang diperlukan untuk bisa bongkar muat bantuan dengan cepat, roboh oleh guncangan gempa, kata PBB.
Tahap Evakuasi
Sementara itu Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, bahwa proses penanganan dampak bencana gempa bumi dan tsunami di Palu dan daerah lain di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) saat ini masih dalam tahapan evakuasi.
“Proses evakuasi, tadi di Petobo juga proses evakuasi. Memang tahapan kita ini pada tahapan evakuasi. Di sini di Hotel Roa-Roa juga diperkirakan masih ada 30 korban yang ada di dalam,” kata Presiden Jokowi saat meninjau lokasi terdampak gempa dan tsunami, di Hotel Roa-Roa, Kota Palu, Rabu (3/10) siang.
Menurut Presiden, proses evakuasi ini akan terus diselesaikan agar seluruh korban yang ada bisa diangkat.
Hotel Roa-Roa ambruk saat terjadi bencana gempa bumi dan tsunami pada Jumat (28/9) lalu. Pada saat kejadian diperkirakan banyak tamu hotel yang tidak sempat menyelamatkan diri.
Usai meninjau lokasi evakuasi di Hotel Roa-Roa, Presiden Jokowi dan rombongan melanjutkan peninjauan ke lokasi terdampak gempa diKabupaten Donggala. Dalam perjalanan, Presiden berhenti dua kali untuk menyapa langsung masyarakat yang berada di sisi jalan, serta membagikan biskuit.
Dalam tenda pengungsi, Presiden menyapa dan berbincang dengan para pengungsi.
Kepada Kepala Negara, para pengungsi bercerita mengenai bencana yang menimpanya dan situasi mereka di tempat pengungsian. Saat di tempat pengungsian ini, Presiden juga memberikan makanan siap saji.
Mendampingi Presiden dalam peninjauan ke beberapa lokasi ini, Menko Polhukam Wiranto, Menko PMK Puan Maharani, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Kepala BNPB Willem Rampangilei, dan Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola.
Selesai itu, Presiden dan rombongan kemudian menuju helipad di Kantor Bupati Donggala untuk kemudian terbang kembali ke Bandara Mutiara Sis Al-Jufri, Kota Palu. (VOA/Setkab)
Editor : Melki Pangaribuan
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...