15 Mahasiswa Papua Bertemu Jokowi di Selandia Baru
WELLINGTON, SATUHARAPAN.COM - Dalam kunjungannya ke Selandia Baru, Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana, bertemu dengan 15 orang mahasiswa dan dosen asal Papua beserta mahasiswa dari Indonesia lainnya.
Salah satu di antaranya, Marvijs Ajoomi, seorang dosen yang berasal dari Papua dan mengajar di Selandia Baru, mengungkapkan kisah hidup sekaligus permintaannya kepada Presiden Joko Widodo, dalam acara jalan kaki pagi dari tempatnya bermalam di CBD Wellington menuju Waterfront, itu, pada hari Senin (19/03).
“Saya datang dari umur 15 tahun, tidak bisa bahasa Inggris sama sekali. Saya bersyukur bisa diberikan kesempatan. Dari SMA, lanjut S1, lalu S2, sekarang mengajar di salah satu perguruan tinggi di sini,” kata dia, dikutip dari laman setkab.go.id.
Dalam acara jalan kaki bersama itu ada sebanyak 29 pelajar dan mahasiswa Indonesia yang ikut.
Kepada Presiden, Ajoomi meminta agar kesempatan kerja bagi lulusan luar negeri diperluas.
“Bapak kalau saya boleh sharing, sudah mulai banyak adik-adik kita yang selesai. Jadi mungkin ke depannya kalau memang ada kesempatan bagi mereka untuk kembali dan mengabdi kepada negara, mungkin employment opportunity setelah mereka selesai. Karena investasi ini jangan sampai di situ saja Bapak, harus berkelanjutan,” lanjutnya disertai tepuk tangan riuh semua pelajar yang ikut.
Pertanyaan itu terlontar setelah Jokowi menanyakan apa yang menjadi aspirasi mereka mengenai dunia pendidikan maupun hal lain.
Lebih jauh, Marvey Ayomi, menyampaikan apresiasinya kepada pemerintah yang fokus pada pembangunan di Papua.
"Saya sendiri sebagai orang Papua sadar, mengurus orang Papua memang tidak mudah, kami tahu kerja Bapak urus orang papua tidak mudah," ucap Marvey, dikutip dari Tribunnews.com.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden menjelaskan bahwa saat ini pemerintah tengah membangun infrastruktur di Papua. “Membangun jalan, jembatan, airport, pelabuhan supaya daerah yang terisolasi terbuka,” ucap Presiden.
Tak hanya berbincang dengan para pelajar, pagi itu Presiden juga sempat ngevlog dan menandatangani mobil berplat nomor “JOKOWI”. Mobil itu adalah milik Dedy Muardi, seorang warga Indonesia yang berasal dari Yogyakarta dan tinggal di Auckland sejak 2001.
Jarak Auckland-Wellington yang cukup jauh, sekitar 10 jam perjalanan dengan mobil, tak menyurutkan langkahnya untuk bertemu Kepala Negara.
Dalam obrolan santai tersebut, Presiden dan Ibu Iriana didampingi Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto, Menteri Sekreteris Negara Pratikno, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru Tantowi Yahya.
Ini merupakan agenda pertama Jokowi di Selandia Baru. Setelah itu, ia dan Ibu Negara bertolak ke Government House untuk bertemu Gubernur Jenderal Selandia Baru Dame Patsy Reddy dan Sir David Gascoigne. Setelah acara tersebut, Presiden diagendakan mengunjungi Pukeahu War Memorial untuk melakukan upacara peletakkan karangan bunga. Siang harinya Presiden akan mendapat jamuan makan siang kenegaraan.
Agenda berikutnya adalah menghadiri pertemuan dalam CEO Forum di The Majestic Centre. Forum tersebut dijadwalkan akan dihadiri oleh 28 CEO dari Indonesia dan Selandia Baru.
Pada sore harinya Presiden akan bertolak ke Gedung Parlemen Selandia Baru untuk melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern. Presiden akan disambut oleh Ketua Parlemen Selandia Baru Trevor Mallard.
Selesai melakukan pertemuan bilateral, Presiden direncanakan bertemu dengan masyarakat Indonesia di Museum Te Papa. Kegiatan ini merupakan rangkaian terakhir dalam kunjungan kenegaraan sebelum Presiden pulang ke Tanah Air. Presiden dan rombongan dijadwalkan tiba di Tanah Air pada Selasa, 20 Maret dini hari.
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...