160 Orang di Afghanistan Tewas Karena Cuaca Dingin
KABUL, SATUHARAPAN.COM - Lebih dari 160 orang tewas akibat udara dingin di Afghanistan bulan ini pada musim dingin terburuk dalam lebih dari satu dekade, kata pihak berwenang pada hari Kamis (26/1). Itu juga karena penduduk menggambarkan mereka tidak mampu membeli bahan bakar untuk memanaskan rumah pada suhu di bawah titik beku.
“Sebanyak 162 orang meninggal akibat cuaca dingin sejak 10 Januari hingga sekarang,” kata Shafiullah Rahimi, juru bicara Menteri Penanggulangan Bencana. Sekitar 84 kematian terjadi pada pekan lalu.
Musim dingin terdingin dalam 15 tahun, yang telah melihat suhu turun serendah -34 derajat Celcius (-29,2 derajat Fahrenheit), telah melanda Afghanistan di tengah krisis ekonomi yang parah.
Banyak kelompok bantuan telah menangguhkan sebagian operasinya dalam beberapa pekan terakhir karena pemerintahan Taliban memutuskan bahwa sebagian besar pekerja LSM perempuan tidak dapat bekerja, membuat lembaga-lembaga tersebut tidak dapat menjalankan banyak program di negara konservatif itu.
Di ladang bersalju di sebelah barat ibu kota Afghanistan, anak-anak mengobrak-abrik sampah mencari plastik untuk dibakar guna membantu keluarga mereka, karena tidak mampu membeli kayu atau batu bara.
Di dekatnya, penjaga toko berusia 30 tahun, Ashour Ali, tinggal bersama keluarganya di ruang bawah tanah beton, tempat kelima anaknya menggigil kedinginan.
“Tahun ini, cuacanya sangat dingin dan kami tidak bisa membeli batu bara untuk diri kami sendiri,” katanya, sambil menambahkan sedikit uang yang dia hasilkan dari tokonya tidak lagi cukup untuk bahan bakar.
“Anak-anak bangun dari kedinginan dan menangis di malam hari sampai pagi. Mereka semua sakit. Sejauh ini, kami belum menerima bantuan apa pun dan kami hampir tidak memiliki cukup roti untuk dimakan.”
Selama kunjungan ke Kabul pekan ini, kepala bantuan PBB, Martin Griffiths, mengatakan badan dunia sedang mencari pengecualian untuk larangan sebagian besar pekerja bantuan perempuan yang datang pada salah satu waktu yang paling rentan bagi banyak warga Afghanistan.
“Musim dingin di Afghanistan… seperti yang diketahui semua orang di Afghanistan adalah pembawa pesan malapetaka yang besar bagi begitu banyak keluarga di Afghanistan saat kita melewati kebutuhan kemanusiaan selama bertahun-tahun ini… kita melihat beberapa konsekuensi hilangnya nyawa,” kata Griffiths. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...