160.000 Warga Australia Belajar Bahasa Indonesia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Wakil Menteri Luar Negeri RI, A.M. Fachir, mengatakan peminat bahasa Indonesia di Australia sangat tinggi, tercatat sebanyak 160.000 orang Australia belajar bahasa Indonesia di Negeri Kangguru itu.
“Untuk dimaklumi bahwa peminat bahasa Indonesia di Australia sangat tinggi. Sekarang tercatat sekitar 160.000 orang Australia yang belajar bahasa Indonesia,” kata Fachir dalam konferensi pers di kantor Presiden, Jakarta, hari Selasa (21/2) usai rapat terbatas mengenai agenda kunjungan Presiden Jokowi ke Australia bulan ini.
“Jadi ini juga menjadi upaya kita untuk menjadi aset kita untuk kita berdayakan tentunya di dalam upaya meningkatkan kerja sama,” dia menambahkan.
Sebelumnya, dilansir dari radioaustralia.net.au, pada 15 Oktober 2015, menunjukkan animo pelajar Australia untuk menguasai Bahasa Indonesia semakin tinggi. Di antaranya tercermin dari sebuah sekolah swasta bergengsi di ibu kota Australia, Canberra, yaitu Burgmann Anglican School (BAS), yang menjadikan Bahasa Indonesia sebagai pelajaran wajib bagi murid-muridnya.
Murid-murid yang diwajibkan mempelajari Bahasa Indonesia di sekolah tersebut adalah yang duduk di Taman Kanak-kanak (TK) hingga kelas tujuh, sedangkan bagi murid-murid kelas delapan hingga 12, Bahasa Indonesia menjadi bahasa asing pilihan.
Dalam rilis yang diterima ABC Australia Plus disebutkan, Duta Besar RI untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema, hari Selasa (13/10/2015) bertemu dengan para murid setingkat SMP dan SMA di sekolah Burgmann Anglican School tersebut.
Pada pertemuan yang berlangsung di suatu ruang khusus pelajaran Bahasa Indonesia, Dubes Nadjib menyampaikan kebanggaannya melihat tingginya semangat murid-murid di Australia dalam mempelajari Bahasa Indonesia.
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Canberra selalu memberikan dukungan penuh berbagai aktivitas yang dilakukan oleh sekolah-sekolah di Australia, termasuk Burgmann Anglican School, dalam mengembangkan Bahasa Indonesia.
Promosi Destinasi Pariwisata
Lebih lanjut Fachir mengatakan, kunjungan Presiden Joko Widodo ke Australia, pada 25-26 Februari 2017 akan memperkuat hubungan kedua negara bertetangga, yang saling menguntungkan dan menghormati.
“Karena itu pendekatannya juga adalah pendekatan people to people juga penting. Di samping tentu saja adalah mengenai kita upayakan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IACEPA) cepat selesai, termasuk juga beberapa investasi,” kata Fachir.
Selain itu, kata Fachri adalah promosi sejumlah destinasi pariwisata di Indonesia. Jadi selain yang sifatnya pendekatan people to people contact tapi juga melalui pendekatan ekonomi.
“Kunjungan bapak presiden ke Australia itu bersifat kunjungan kenegaraan karena itu beliau di sana nanti akan diterima secara resmi oleh Gubernur Jenderal,” katanya.
Fachri mengatakan, nanti Presiden Jokowi didampingi oleh sejumlah menteri akan mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri Australia yang juga didampingi sejumlah menteri.
“Di samping itu ada business meeting,” katanya.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...