2018 Peringkat Keempat sebagai Tahun Terpanas Bumi
WASHINGTON , SATUHARAPAN.COM – Sebuah analisis baru menunjukkan, meskipun Bumi sedikit lebih dingin pada 2018 dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, namun tahun lalu masih tercatat sebagai tahun terhangat keempat.
Dengan penutupan sebagian kegiatan pemerintahan AS, perhitungan agen federal untuk suhu Bumi pada tahun lalu tertunda. Tetapi para ilmuwan independen di Berkeley Earth menghitung bahwa suhu rata-rata tahun lalu adalah 58,93 derajat (14,960 Celsius), kantor berita AFP melaporkan, dilansir voaindonesia.com, pada Jumat (25/1).
Suhu ini 1,39 derajat (0,770 celsius) lebih hangat dari rata-rata 1951 hingga 1980, dan sekitar 2,09 derajat (1,160 celsius) lebih hangat dari masa pra-industri.
Ilmuwan Iklim Berkeley Earth, Zeke Hausfather, mengatakan kemungkinan kelompok pengukur suhu lainnya akan menyetujui peringkat 2018 sebagai tahun keempat terpanas hingga November.
Badan Meteorologi Jepang, juga telah menghitungnya sebagai urutan keempat. Catatan perhitungannya dimulai dari 1850.
Hanya 2016, 2017 dan 2015 yang lebih hangat dari tahun lalu, dengan perbedaan yang sangat kecil. Sebagian besar terjadi karena variasi cuaca tahunan alami seperti El Nino dan La Nina, kata Hausfather. Kata Hausfather tidak akurat jika penurunan suhu pada tahun lalu dianggap sebagai tren pendinginan suhu Bumi.
“Jangka panjangnya sudah sangat jelas,” katanya.
Michael Mann ilmuwan iklim dari Universitas Pennsylvania, yang tidak terlibat dalam penelitian Berkeley Earth, mengatakan sebuah fakta bahwa hampir setiap tahun masuk dalam lima atau 10 tahun terpanas, adalah “bukti nyata pemanasan yang disebabkan manusia di planet ini.”
Tahun lalu, 29 negara termasuk sebagian besar Eropa Tengah dan Antartika telah mencatat bukti dari tahun-tahun terpanas, kata Hausfather.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...