25 Juta Ton Biji-bijian Tertimbun di Ukraina
Ekspor biji-bijian Ukraina terhambat karena blokade pelabuhan di Laut Hitam.
JENEWA, SATUHARAPAN.COM-Sekitar 25 juta ton biji-bijian tertimbun di Ukraina dan tidak dapat meninggalkan negara itu, karena tantangan infrastruktur dan pemblokiran di pelabuhan Laut Hitam termasuk Mariupol, kata seorang pejabat badan pangan PBB, hari Jumat (6/5).
Pemblokiran tersebut dipandang sebagai faktor di balik harga pangan yang tinggi yang mencapai rekor tertinggi pada bulan Maret setelah invasi Rusia ke Ukraina, sebelum sedikit mereda pada April, kata FAO pada Jumat.
Ukraina merupakan pengekspor jagung (jagung) terbesar keempat di dunia pada musim 2020/21 dan pengekspor gandum nomor enam, menurut data Dewan Biji-bijian Internasional.
“Ini adalah situasi yang hampir aneh yang kita lihat saat ini di Ukraina dengan hampir 25 juta ton biji-bijian yang dapat diekspor, tetapi tidak dapat meninggalkan negara itu hanya karena kurangnya infrastruktur, dan blokade pelabuhan,”kata Josef Schmidhuber, Wakil Direktur FAO , Divisi Pasar dan Perdagangan mengatakan pada konferensi persdi Jenewa melalui Zoom.
Schmidhuber mengatakan silo penuh dapat mengakibatkan kekurangan penyimpanan selama panen berikutnya pada bulan Juli dan Agustus.
“Meskipun perang, kondisi panen tidak terlihat begitu buruk. Itu benar-benar bisa berarti tidak ada kapasitas penyimpanan yang cukup di Ukraina, terutama jika tidak ada koridor gandum yang dibuka untuk ekspor dari Ukraina,” katanya.
Kekhawatiran lain adalah adanya laporan bahwa beberapa penyimpanan biji-bijian telah hancur dalam pertempuran di Ukraina, tambahnya, tanpa memberikan rincian.
Sejak Moskow meluncurkan invasi militer pada akhir Februari, Ukraina telah dipaksa untuk mengekspor gandum dengan kereta api melalui perbatasan barat atau dari pelabuhan sungai kecil Danube daripada melalui laut.
Awal pekan ini, kepala Organisasi Perdagangan Dunia (FAO) mengatakan kepada Reuters bahwa dia "sangat khawatir" tentang kenaikan harga pangan dan mencari solusi bersama mitra lainnya.
“Ini akan sangat membantu dunia jika kita bisa mengevakuasi biji-bijian ini (dari Ukraina),” kata Ngozi Okonjo-Iweala. “Ada risiko serius harga pangan naik dan melonjak dari keterjangkauan yang dapat menyebabkan lebih banyak kelaparan.” (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...