300 Loyalis Rezim Assad Ditangkap, Termasuk Perwira dan Milisi Pro Iran
Mereka yang ditangkap termasuk mantan informan rezim, perwira militer yang dituduh melakukan pembunuhan dan penyiksaan; terjadi ledakan di gudang senjata, 11 orang tewas.
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Otoritas baru Suriah telah menangkap hampir 300 orang, termasuk informan, pejuang pro rezim, milisi pro Iran dan mantan tentara, dalam tindakan keras terhadap loyalis mantan presiden terguling Bashar al Assad, kata seorang pemantau pada hari Minggu (29/12).
Sejak pemberontak yang dipimpin oleh kelompok "Hayat Tahrir al-Sham" (HTS) menggulingkan al Assad tiga pekan lalu, mengakhiri lebih dari lima dekade pemerintahan keluarga, otoritas baru di Suriah telah mengintensifkan upaya untuk mengonsolidasikan kendali.
Pasukan keamanan pemerintahan baru meluncurkan operasi skala besar pada hari Kamis (26/12) terhadap milisi al Assad.
"Dalam waktu kurang dari sepekan, hampir 300 orang telah ditahan di Damaskus dan pinggirannya, serta di Homs, Hama, Tartus, Latakia, dan bahkan Deir Ezzor," kata Rami Abdel Rahman, kepala pemantau perang Syrian Observatory for Human Rights.
Kantor berita resmi Suriah, SANA, juga melaporkan penangkapan pada pekan ini yang menargetkan "anggota milisi al Assad" di provinsi Hama dan Latakia, tempat senjata dan amunisi disita. Kantor berita itu tidak memberikan angka apa pun.
Di antara mereka yang ditangkap, menurut Observatory, terdapat mantan informan rezim, milisi pro Iran, dan perwira militer berpangkat rendah yang dituduh melakukan pembunuhan dan penyiksaan, kata Abdel Rahman.
Observatory, yang berkantor pusat di Inggris, mengandalkan jaringan sumber di seluruh Suriah.
Abdel Rahman mengatakan bahwa "kampanye sedang berlangsung, tetapi tidak ada tokoh terkemuka yang ditangkap" kecuali Jenderal Mohammed Kanjo Hassan, mantan kepala peradilan militer di bawah al- ssad, yang dilaporkan mengawasi ribuan hukuman mati setelah persidangan singkat di penjara Saydnaya.
Mengacu pada video media sosial yang memperlihatkan orang-orang bersenjata menyiksa tahanan dan bahkan melakukan eksekusi singkat, Abdel Rahman mengatakan: "Beberapa individu, termasuk informan, langsung dieksekusi setelah ditahan." AFP tidak dapat memverifikasi keaslian gambar tersebut secara independen.
Penangkapan itu dilaporkan terjadi "dengan kerja sama penduduk setempat," tambah Abdel Rahman.
HTS memimpin koalisi kelompok oposisi yang memasuki Damaskus pada 8 Desember setelah serangan cepat, yang memaksa al Assad melarikan diri ke Rusia.
Anas Khattab, kepala baru Intelijen Umum, telah berjanji untuk merombak aparat keamanan, mengecam "ketidakadilan dan tirani rezim sebelumnya, yang lembaganya menabur korupsi dan menimbulkan penderitaan pada rakyat."
Ledakan di Gudang Senjata
Sebuah ledakan dilaporkan terjadi di depot senjata dekat ibu kota Suriah, Damaskus, pada hari Minggu (29/12) menewaskan 11 orang, kata pemantau perang, beberapa pekan setelah pasukan oposisi menggulingkan pemimpin lama Bashar al Assad.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan penyebab ledakan di kawasan industri Adra, sekitar 30 kilometer (20 mil) dari Damaskus, "kemungkinan" adalah serangan Israel.
Namun, sumber militer Israel mengatakan kepada AFP di Yerusalem bahwa tentara "tidak menyerang di daerah itu."
Seorang pejabat dari daerah terdekat, yang meminta identitasnya dirahasiakan, mengatakan kepada AFP bahwa "ledakan yang tidak diketahui asalnya" mengguncang kawasan industri Adra, melaporkan jumlah korban yang tidak disebutkan dan menambahkan bahwa operasi penyelamatan sedang berlangsung.
Kepala Observatorium Rami Abdel Rahman mengatakan kepada AFP bahwa "sedikitnya 11 orang tewas dalam ledakan yang kemungkinan disebabkan oleh serangan Israel" di "depot senjata milik rezim (al Assad)" di daerah Adra.
Seorang sumber militer Israel mengatakan: "Kami tidak mengetahui adanya serangan IDF (tentara) di daerah tersebut. IDF tidak menyerang di daerah tersebut."
Abdel Rahman mengatakan bahwa yang tewas "sebagian besar adalah warga sipil," seraya menambahkan bahwa sejak al Assad digulingkan, beberapa warga sipil di negara yang dilanda kemiskinan itu telah pergi ke bekas posisi militer untuk mencari "apa saja yang bisa mereka jual," termasuk logam.
Israel melakukan ratusan serangan udara terhadap fasilitas militer Suriah setelah pasukan oposisi menggulingkan al Assad pada 8 Desember, dengan mengatakan bahwa hal itu bertujuan untuk mencegah mereka jatuh ke tangan musuh. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Foto Baju Tari di Panggung Modus Korupsi Disbud Jakarta
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kejaksaan Tinggi (Kejati) DKI Jakarta mengungkap foto memakai baju tari d...