300 Warga Alawite Suriah, Pendukung Assad, Terbunuh oleh Pasukan Keamanan
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Pemantau perang Suriah melaporkan bahwa lebih dari 300 warga sipil Alawite telah terbunuh dalam beberapa hari terakhir oleh pasukan keamanan dan sekutu mereka, saat pihak berwenang bentrok dengan militan yang setia kepada mantan pemerintah Bashar al Assad.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, pemantau yang berbasis di Inggris dengan pendanaan yang tidak jelas, melaporkan bahwa "311 warga sipil Alawi tewas di wilayah pesisir... oleh pasukan keamanan dan kelompok sekutu" sejak bentrokan dimulai pada hari Kamis, sehingga jumlah korban tewas secara keseluruhan menjadi 524 orang, termasuk 213 personel keamanan dan militan.
Sementara itu,hari Jumat (7/3) Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengecam para penguasa Islamis Suriah, dengan menyebut presiden baru negara itu sebagai teroris al Qaeda. Komentarnya muncul setelah laporan tentang eksekusi tersebut.
"(Abu Mohammed) al-Julani mengganti jubahnya dengan jas dan menampilkan wajah yang moderat," kata Katz dalam sebuah pernyataan, menggunakan nama samaran Presiden sementara Suriah, Ahmed al-Sharaa. "Sekarang dia telah menanggalkan topengnya dan memperlihatkan wajah aslinya: Seorang teroris jihadis dari aliran al-Qaeda yang melakukan tindakan mengerikan terhadap penduduk sipil."
“Israel akan mempertahankan diri terhadap ancaman apa pun dari Suriah,” kata Katz, sembari bersumpah bahwa militer akan terus menduduki zona penyangga di sepanjang perbatasan dan terus berupaya menjaga Suriah selatan tetap didemiliterisasi.
Menteri Pertahanan, Israel Katz, mengecam para penguasa Islamis Suriah pada hari Jumat saat mereka bergerak untuk menghancurkan pemberontakan yang baru lahir oleh para pejuang dari sekte Alawite pendukung presiden terguling Bashar al Assad, dengan menyebut presiden baru negara itu sebagai teroris al Qaeda.
Eksekusi Sipil Alawite
Sebelumnya, Syrian Observatory for Human Rights melaporkan bahwa lebih dari 185 orang tewas dalam dua hari kekerasan di wilayah pesisir Suriah barat, yang dihuni oleh banyak anggota minoritas Alawite. Dikatakan bahwa hampir 100 orang "dieksekusi."
“Sembilan puluh warga sipil Alawite, sedikitnya enam di antara mereka perempuan, dieksekusi oleh pasukan keamanan di distrik Baniyas, Latakia, dan Jableh,” kata kelompok yang bermarkas di Inggris itu.
Mereka termasuk sedikitnya dua lusin penduduk laki-laki di kota Alawite, Al Mukhtareyah, yang dibunuh oleh orang-orang bersenjata pada hari Jumat, kata dua aktivis Alawite, mengutip kontak di wilayah tersebut dan rekaman video dari tempat kejadian.
Pihak berwenang Suriah mengatakan kekerasan itu dimulai ketika sisa-sisa yang setia kepada pemimpin yang digulingkan al Assad melancarkan serangan mematikan dan terencana terhadap pasukan mereka pada hari Kamis (6/3).
Kekerasan itu telah mengguncang upaya al-Sharaa untuk mengonsolidasikan kendali sementara pemerintahannya berjuang untuk mencabut sanksi Amerika Serikat dan bergulat dengan tantangan keamanan yang lebih luas, terutama di barat daya, tempat Israel mengatakan akan mencegah Damaskus mengerahkan pasukan.
Warga Suriah turun ke jalan untuk berunjuk rasa mendukung pemerintah di Damaskus dan kota-kota lain, sementara Arab Saudi dan Turki, keduanya sekutu pemerintah, juga mengisyaratkan dukungan mereka.
Rusia, yang merupakan pendukung utama al Assad tetapi telah berusaha membangun hubungan dengan pemerintah baru, mengatakan khawatir dengan memburuknya situasi keamanan dan meminta semua pemimpin negara yang "dihormati" untuk menghentikan pertumpahan darah.
Gambar-gambar dari Al Mukhtareyah memperlihatkan sedikitnya 20 orang tergeletak berdekatan — beberapa berlumuran darah — di pinggir jalan di pusat kota. Reuters dapat memverifikasi lokasi dalam video tersebut, tetapi tidak dapat memastikan kapan video itu direkam atau oleh siapa.
Aktivis Alawite, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan pembunuhan itu terjadi pada hari Jumat (7/3) dan menyalahkan orang-orang bersenjata yang berafiliasi dengan otoritas Islam yang berkuasa.
Seorang juru bicara pemerintah dan dua pejabat yang terkait dengan otoritas yang berkuasa tidak menanggapi permintaan komentar.
Seorang ulama Alawite terkemuka, Sheikh Shabaan Mansour, 86 tahun, tewas pada hari Jumat bersama putranya di desa Sahlab di Suriah barat. Warga menuduh para pejuang yang berpihak pada Damaskus telah membunuhnya, menurut dua orang Alawite. Reuters tidak dapat memverifikasi klaim tersebut.
Kantor berita pemerintah Suriah, SANA, mengutip sumber keamanan, mengatakan "pelanggaran individu" telah dilakukan setelah massa yang tidak terorganisir menuju wilayah pesisir menyusul serangan terhadap personel keamanan pemerintah. "Kami berupaya menghentikan pelanggaran ini," kata sumber tersebut.
Kekerasan meningkat pada hari Kamis ketika pihak berwenang mengatakan kelompok milisi yang berpihak pada al Assad menargetkan patroli keamanan dan pos pemeriksaan di wilayah Jableh dan pedesaan sekitarnya, sebelum menyebar lebih luas.
Jam malam diberlakukan pada hari Jumat di kota-kota pesisir Tartous dan Latakia, kata SANA. Pasukan keamanan melancarkan operasi penyisiran di kedua kota dan pegunungan di dekatnya.
Aktivis Alawite mengatakan komunitas mereka telah menjadi sasaran kekerasan dan serangan, khususnya di pedesaan Homs dan Latakia, sejak Assad digulingkan pada bulan Desember setelah puluhan tahun pemerintahan keluarga yang represif dan perang saudara.
Meskipun Sharaa telah berjanji untuk menjalankan Suriah secara inklusif, tidak ada pertemuan yang diumumkan antara dia dan tokoh senior Alawite, berbeda dengan anggota kelompok minoritas lainnya.
Pemerintah yang dipimpin al Assad merekrut banyak orang dari komunitas Alawite untuk aparat keamanan dan birokrasi negara Suriah.
Sementara Sharaa telah membawa sebagian besar wilayah Suriah yang mayoritas Muslim Sunni di bawah kekuasaan Damaskus, wilayah-wilayah penting masih berada di luar jangkauannya, termasuk wilayah timur laut dan timur, yang dikuasai oleh Pasukan Demokratik Suriah yang dipimpin Kurdi.
“Kekacauan dan pembunuhan yang tak terkendali akan merusak kepercayaan negara-negara asing dan warga Suriah terhadap pemerintahnya dan kemampuannya untuk mengarahkan Suriah keluar dari fase sulit ini,” kata Joshua Landis, kepala Pusat Studi Timur Tengah di Universitas Oklahoma.
Sekelompok ulama Alawite, Dewan Islam Alawite, menyalahkan pemerintah atas kekerasan tersebut, dengan mengatakan bahwa para pejuang telah dikirim ke pantai “dengan dalih (memerangi) ‘sisa-sisa rezim’, untuk meneror dan membunuh warga Suriah.” Mereka menyerukan agar wilayah tersebut ditempatkan di bawah perlindungan PBB.
Arab Saudi mengutuk “kejahatan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok penjahat” di Suriah dan penargetan mereka terhadap pasukan keamanan.
Turki, sekutu dekat pemerintah baru Suriah, juga menyatakan dukungannya terhadap Damaskus, dengan mengatakan “ketegangan di dalam dan sekitar Latakia, serta penargetan pasukan keamanan, dapat merusak upaya untuk memimpin Suriah menuju masa depan dalam persatuan dan solidaritas.” (AFP/Reuters/ToI)
Editor : Sabar Subekti

Demonstran Pro Palestina Panjat Menara Big Ben London
LONDON, SATUHARAPAN.COM - Area di sekitar Big Ben yang ikonik di London, Inggris, ditutup untuk umum...