3,2 Juta Warga Yaman Rawan Pangan Akut
SANAA, SATUHARAPAN.COM-Rawan pangan akut diperkirakan akan meningkat tajam di Yaman yang dilanda perang karena campuran berbagai faktor yang diperburuk oleh pandemic virus corona, menurut laporan oleh beberapa badan PBB hari Rabu (22/7).
Laporan tersebut, yang hanya mencakup bagian selatan Yaman, memperkirakan bahwa jumlah orang yang "menghadapi rawan pangan akut" akan meningkat dari dua juta orang pada Februari-April tahun ini menjadi 3,2 juta pada Juli-Desember.
Jumlah itu mewakili 40 persen dari populasi di 133 distrik di Yaman selatan yang dicakup oleh penelitian ini, dan itu berarti naik dari 25 persen sebelumnya.
Guncangan ekonomi, konflik bersenjata, banjir, hama belalang padang pasir dan sekarang virus corona menciptakan badai yang lengkap untuk peningkatan tajam dalam kerawanan pangan, kata laporan itu.
Program Pangan Dunia (WFP), Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa (FAO), Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-bangsa (UNICEF) dan mitra lain yang menyiapkan laporan yang disebut penunjukkan peningkatan "mengkhawatirkan".
Laurent Bukera, direktur WFP di Yaman, mengatakan bahwa "Yaman menghadapi krisis di berbagai bidang". "Kita harus bertindak sekarang... Tanda-tanda peringatan telah kembali dan dengan pandemi virus corona, dan itu bisa menjadi jauh lebih buruk jika tindakan kemanusiaan ditunda," katanya memperingatkan.
WFP sebelumnya mengatakan bahwa di samping bantuan kemanusiaan, lebih dari 20 juta orang di seluruh Yaman tidak aman dalam pangan, termasuk hampir 10 juta yang menghadapi kekurangan makanan akut.
Krisis Kemanusiaan Terburuk
Populasi Yaman sekitar 27 juta jiwa, dan PBB menyebut situasi di Yaman sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Puluhan ribu telah terbunuh dan jutaan orang terlantar sejak pemberontak Houthi mengambil alih ibu kota Sanaa dan wilayah lainnya pada tahun 2014.
Perang meningkat pada bulan Maret tahun berikutnya, ketika koalisi militer pimpinan Arab Saudi melakukan intervensi terhadap para pemberontak.
Situasi keamanan pangan di Yaman telah mereda pada tahun 2019 karena peningkatan besar-besaran bantuan internasional, kata laporan itu, sebelum terjadi kemunduran tahun ini.
Laporan itu "memberi tahu kita bahwa Yaman berada di ambang krisis keamanan pangan besar," kata Lise Grande, koordinator kemanusiaan PBB untuk Yaman. Grande mengatakan PBB mencegah kelaparan di Yaman tahun lalu setelah menerima bantuan dari dermawan komunitas internasional.
"Kecuali jika kita menerima dana yang kita butuhkan sekarang, kita tidak akan dapat melakukan hal yang sama saat ini," dia memperingatkan. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, Dipecat oleh Parlemen
SEOUL, SATUHARAPAN.COM-Majelis Nasional Korea Selatan pada hari Sabtu (14/12) melalui pemungutan sua...