350 Orang Diciduk Terkait Jaringan Pornografi Anak
AUSTRALIA, SATUHARAPAN.COM - Kepolisian Kanada menangkap hampir 350 orang dalam operasi pemberantasan pornografi anak, termasuk 65 orang warga Australia dan di antara mereka ada yang berprofesi sebagai guru, polisi, dokter dan pemimpin jemaat.
Penangkapan besar-besaran ini disebut polisi sebagai upaya membongkar jaringan pelecehan seksual anak paling buruk yang pernah mereka temukan. "Polisi menemukan ratusan ribu gambar pornografi anak yang mengerikan," kata jurubicara Kepolisian Toronto, Joanna Beaven-Desjardins.
Sementara itu, Polisi Kanada mengatakan, investigasi mereka atas sebuah website video pornografi anak bernilai jutaan dollar dan hampir 350 orang ditahan di berbagai negara. “Sedangkan ada 386 orang korban dari jaringan tersebut dapat diselamatkan, termasuk enam di Australia,” kata laporan tersebut.
Operation Thunderer
Sementara itu, mereka yang ditahan dalam operasi di Australia, yang dikenal sebagai Operation Thunderer, akan diancam seluruhnya dengan 399 dakwaan atas pelanggaran eksploitasi anak. Di antara mereka termasuk seorang pastor, seorang mantan pastor dan dua guru, semuanya dari Negara Bagian New South Wales.
Para tersangka dalam operasi di Australia itu berusia antara 25 dan 72 tahun dan telah dikenai dakwaan berbagai pelanggaran, termasuk mengakses, memiliki, memproduksi dan mendistribusikan bahan eksploitasi anak secara online. ”Jumlah orang yang ditangkap di Australia mungkin akan meningkat. Sebagian besar penahanan tersangka yang berada di Australia dilakukan di Queensland,” kata pihak kepolisian itu.
Manager Operasi Kejahatan Cyber Kepolisian Federal Australia (AFP), Glen McEwen mengatakan, investigasi Operation Thunderer itu merupakan kewenangan penegak hukum Australia dalam upaya mereka melindungi anak-anak. "AFP dan kepolisian negara bagian terus bekerjasama dengan mitra internasional untuk menyeret para pelaku ke pengadilan," kata Glen McEwen.
"Investigasi global ini berhasil mematahkan jaringan internasional dalam operasi penegakan hukum yang kuat demi melindungi anak-anak di seluruh dunia," kata Manager Operasi Kejahatan Cyber AFP itu.
Penyamaran
William Blair dari Kepolisian Toronto mengatakan investigasi itu dimulai setelah polisi yang menyamar menghubungi Brian May (42), seorang pria yang dicurigai menyebarkan bahan eksploitasi anak, pada Oktober 2010.
Rumah dan gudang pria Toronto berusia 42 tahun itu digerebek tujuh bulan kemudian, dan ia ditahan dan dikenai dakwaan mengoperasikan sebuah website yang menjual dan mendistribusikan pornografi anak. “Brian Way kini diancam dakwaan membuat, memiliki, mendistribusi dan mengekspor pronografi anak, terdiri dari gambar-gambar anak laki-laki berusia balita sampai remaja,” kata William Blair.
“Ia membayar sejumlah orang untuk merekam anak-anak, kebanyakan di Eropa Timur, dengan tujuan membuat film untuk dijual di websitenya, dan kemudian video-video itu diedit, dipaketkan dan dijual dari gudangnya di Toronto,” kata Polisi itu merincikan.
Dari website tersebut, Brian Way diduga mengeruk keuntungan lebih dari 4 juta dollar per tahun. Dalam investigasi itu juga ditemukan daftar pelanggan Brian, sehingga membuka jalan bagi investigasi secara global.
William Blair memuji lembaga penegak hukum internasional atas bantuan mereka dalam mematahkan jaringan eksploitasi anak itu. “Dinas Inspeksi Pos Amerika Serikat juga terlibat dalam pengusutan itu, demikian pula pihak berwenang di Swedia, Spanyol, Australia, Afrika Selatan, dan Hong Kong,” kata dia menambahkan. (ABC)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...