40 Persen Anak-anak Yunani Hidup Miskin
ATHENA, SATUHARAPAN.COM – Krisis ekonomi yang melanda Yunani telah membawa penderitaan yang berat pada warga negara itu. Sejak tahun 2008, anak-anak Yunani yang hidup miskin jumlahnya melesat akibat krisis seiring dengan rata-rata pendapatan keluarga menurun drastis ke tingkat yang sama dengan 14 tahun sebelumnya.
Menurut data UNICEF, jumlah anak-anak miskin Yunani pada tahun 2008 adalah 23 persen namun di tahun 2012 naik menjadi 40,5 persen. Yunani dan Islandia, menurut UNICEF merupakan dua negara yang jumlah anak-anak miskinnya tumbuh paling cepat, disusul oleh LAtvia, Kroasia, dan Irlandia.
Selain jumlah anak-anak miskin yang meroket, kematian bayi juga naik cepat. Sementara angka pengangguran mencapai 50 persen. Korupsi, penghindaran pajak dan akuntansi yang buruk memperparah kondisi krisis yang dialami Yunani.
Menurut berbagai media dalam dan luar negeri Yunani, penderitaan inilah yang menyebabkan rakyat Yunani lebih banyak memilih TIDAK dalam referendum pada hari Minggu (5/7) lalu. Kebijakan penghematan yang dijalankan Yunani sebagai syarat dikucurkannya dana talangan, dianggap penyebab seluruh penderitaan.
Program televisi BBC, Panorama, mengangkat profil seorang perempuan dengan dua anak, untuk menggambarkan penderitaan warga Yunani akibat krisis. Wanita itu, yang namanya Maria, harus bertahan hidup dengan pendapatan 10 euro atau Rp 148.797 selama seminggu.
Warga Piraeus itu bahkan tak sanggup membayar sewa rumah. Untungnya, pemilik rumah masih memperbolehkannya tinggal untuk sementara, namun aliran listrik sudah diputus karena tak sanggup membayar tagihan.
Maria mengaku masih bekerja, tetapi pekerjaannya sebagai petugas kebersihan hanya menghasilkan pendapatan 40 euro atau Rp 595. 013 per bulan.
"Kita tidak bisa seperti ini terus. Kita harus mendapatkan solusi. Saya mencari pekerjaan tetapi tidak ada yang mau merekrut karena saya sudah terlalu tua," tutur dia.
Apa yang dialami Maria sesungguhnya tidak istimewa dalam ukuran Yunani karena seperempat warga negara itu saat ini menganggur.
Sebelumnya, Maria menerima berbagai benefit tetapi karena kebijakan penghematan yang dilakukan pemerintah Yunani,
ia tak lagi mendapatkannya. Ia dan anak-anaknya kini mengandalkan bantuan makanan dari tetangga dan badan amal.
Maria dan ribuan warga Yunani lainnya adalah korban dari penghematan ekstrem yang diberlakukan pemerintah Yunani. Tunjangan pengangguran dihapus, uang pensiun dipangkas dan anggaran kesehatan dipotong sampai 40 persen.
Dalam lima tahun terakhir, mereka yang paling terkena penghematan adalah yang hidup paling miskin. Sekitar 3,1 juta penduduk tidak memiliki jaminan kesehatan dan 17 persen tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Penderitaan yang dialami Yunani telah mendatangkan rasa simpati dari seluruh dunia, termasuk empat tokoh terpandang, yaitu Heiner Flassbeck, mantan menteri keuangan Jerman, Profesor Thomas Piketty, professor ilmu ekonomi di Paris School of Economics, Profesor Jeffrey Sachs, profesor dan direktur The Earth Institute Columbia University, Profesor Dani Rodrik, Ford Foundation profesor Ekonomi Politik Internasional di Harvard Kennedy School dan Profesor Simon Wren-Lewis, professor kebijakan ekonomi di Blavatnik School of Government, University of Oxford.
Mereka mendesak Troika agar mengoreksi kebijakan mereka untuk menghindari bencana lebih besar atas Yunani dan mempertahankan negara itu di zona euro.
"Yunani sudah mematuhi banyak sekali permintaan penghematan Angela Merkel -- memotong gaji, mengurangi belanja pemerintah, memotong dana pensiun, melakukan privatisasi dan deregulasi serta menaikkan pajak. Tetapi dalam tahun-tahun terakhir, serangkaian program penyesuaian yang dibebankan pada Yunani justru menciptakan depresi besar yang belum pernah ada di Eropa sejak tahun 1929-1933. Obat yang diberikan oleh Menteri Keuangan Jerman dan Brussels telah menciptakan pendarahan pada pasien dan tidak mengobati penyakitnya," tulis mereka.
Oleh karena itu, keempat tokoh tersebut meminta Merkel mengambil langkah tegas.
"Kanselir Merkel pesan kami jelas: kami mendesak Anda untuk mengambil tindakan penting kepemimpinan bagi Yunani dan Jerman, dan juga bagi dunia. Sejarah akan mengingat Anda untuk tindakan Anda minggu ini. Kami berharap dan mengandalkan Anda untuk mengambil langkah-langkah yang berani dan murah hati terhadap Yunani yang akan menolong Eropa untuk generasi-generasi mendatang."
Kamala Harris: Negara Harus Terima Hasil Pemilu, Mendesak Pe...
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Menghadapi penolakan besar-besaran oleh para pemilih Amerika, Kamala ...