50 Tahun Avip, Dirigen Tak Sekadar Gerakan Tangan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Musikus sekaligus konduktor senior Indonesia Avip Priatna baru-baru ini mengadakan kompetisi dirigen muda berbakat bersama sekolah musik The Resonanz yang dinaunginya.
Kompetisi dirigen patut diakui sebagai suatu kebaruan dalam dunia musik Indonesia. Digelarnya kompetisi dirigen menurut Avip merupakan pembuktian kepada publik bahwa profesi dirigen atau konduktor tak sebatas memainkan gerakan tangan.
“Orang umumnya mengerti bahwa konduktor hanya bermain gerakan tangan, padahal lebih dari itu ada proses latihannya. Saya ingin menjelaskan ke publik, inilah proses bagaimana seorang konduktor tampil di atas panggung,” kata Avip kepada satuharapan.com seusai Kompetisi Dirigen Paduan Suara "50 Years of Blessing" di Balai Resital Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Minggu (12/1) malam.
Avip menilai selama ini orang hanya fokus pada kompetisi paduan suara. Latahnya kompetisi paduan suara ini suatu saat akan membuat publik bosan.
“Jadi saya pikir kompetisi dirigen yang baru di Indonesia bisa jadi penyegaran. Dirigen adalah tokoh penting dalam suatu kelompok musik yang harus diketahui publik,” ujar Avip.
Kompetisi ini ke depannya diharapkan dapat memacu para konduktor di Indonesia untuk lebih serius dan giat berlatih untuk mendalami profesi mereka.
“Saya berpikir mungkin akan dikombinasikan setiap tahun sekali, setahun lomba paduan suara, setahun lomba dirigen,” ujarnya.
“Mudah-mudahan semangat mereka (para kontestan, Red) bisa menjadi motivasi bagi konduktor-konduktor di Indonesia,” Avip menambahkan.
Pengumuman Kejuaraan
Selama proses kompetisi yang dilaksanakan pada Sabtu (10/1), dewan juri Agustinus Bambang Jusana, Aning Katamsi, dan Avip Priatna telah menetapkan lima kontestan untuk melaju ke babak final yang dilaksanakan pada Minggu (11/1) sore.
Kelima kontestan yang berhasil melaju ke babak final ialah Ageng Pujarachman, Ken Steven, Filipus Kurniawan, Y Aris Kristiadi, dan Andrean Tarmidi.
Selam babak final yang digelar kurang lebih dua jam dengan pilihan lagu klasik dan folklore, masing-masing peserta akan menjadi konduktor dua lagu yang dibawakan oleh paduan suara Batavia Madrigal Singers (BMS).
Dari babak final ini, dewan juri memutuskan Aris Kristiadi sebagai juara III, 2 Ageng Pujarachman sebagai juara II, dan Ken Steven sebagai juara I.
Masing-masing pemenang akan mendapat piagam penghargaan serta uang pembinaan senilai Rp 2,5 juta untuk juara III, Rp 5 juta untuk juara II, dan Rp 7,5 juta untuk juara I. Juara I dalam kompetisi ini juga berhak menjadi konduktor dalam konser yang digelar oleh The Resonanz beberapa waktu mendatang.
Standar yang Tinggi
Avip Priatna sempat mengaku terkejut karena rata-rata standar finalis dalam kompetisi ini cukup tinggi.
“Jadi kita bisa menempatkan kompetisi ini menjadi kompetisi yang standarnya tinggi di mana dengan repertoar-repertoar itu para konduktor sebenarnya sudah bisa menampilkan dalam suatu konser besar,” ujar Avip.
Sementara itu, untuk kompetisi dengan standar yang cukup tinggi ini, Avip dan kedua juri lainnya menerapkan beberapa kriteria penilaian.
Kriteria yang menjadi penilaian bagi finalis tidak hanya bagaimana mereka memberi gerakan dirigen yang baik dan benar, tetapi juga kemampuan berkomunikasi dengan penyanyi selama latihan.
Wawasan yang luas juga menjadi poin plus. Namun, bagaimana wawasan itu bisa diterjemahkan dalam proses latihan sehingga mencapai suatu proses musikal, menjadi poin penting yang diniali para juri.
“Kami juga meminta masukan dari penyanyi, siapa saja kontestan yang membuat penyanyi menjadi nyaman. Harus bisa dipertanggungjawabkan kemampuan konduktor itu,” kata Avip.
Pandangan Juri terhadap Juara
Avip menilai, Ken Steven yang berhasil memperoleh gelar juara I dalam kompetisi itu memiliki kemampuan musik relatif paling baik.
“Wawasan musiknya luas, dia punya personality yang baik. Dia juga punya keinginan menampilkan suatu pertunjukan sesuai dengan apa yang dia bayangkan,” kata Avip.
Bagaimana ide itu bisa disampaikan dan bisa dikomunikasikan dengan penyanyi serta penonton dengan baik adalah kelebihan yang dimiliki penyandang juara kompetisi tersebut.
“Semuanya ada kurang dan lebihnya, tapi Ken hampir seluruh poin penilaian bisa dipenuhi,” ujar Avip.
Festival Musik 50 Tahun Avip Priatna
Kompetisi ini digelar dalam rangkaian festival musik memperingati 50 tahun Avip Priatna. Selain itu, Avip dan The Resonanz juga akan menggelar pesta paduan suara bertajuk “50 Years of Blessing” pada 16-18 Januari mendatang.
Pentas vokal itu mendatangkan beberapa kelompok paduan suara berjam terbang tinggi, seperti Paduan Suara Bina Nusantara dengan konduktor Renier Revireino, Maranatha Christian University Choir & Perbanas Choir, Shantell Vocal Ensemble dengan konduktor Paulus H Yoedianto, Paduan Suara Universitas Tarumanagara dengan konduktor Adi Nugroho, Paduan Suara Universitas Parahyangan dengan konduktor Dody Soetanto, dan The Resonanz Children Choir dengan konduktor Fiona Luisa & Luciana Oendoen.
“Tadinya saya ingin membuat pertunjukan, namun saya berpikir sepertinya ada sesuatu yang lebih mengena dan bisa memajukan musik di sini. Kalau saya bikin pementasan kan saya hanya buat pementasan dan selesai sampai di situ saja. Nah, kalau kayak gini kan orang lebih tertarik untuk bermusik lebih baik,” kata Avip menutup perbincangan.
Editor : Sotyati
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...