60 Tahun Konferensi Asia Afrika Digelar di Bandung
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Indonesia melangsungkan peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) dan 10 tahun Kesepakatan Kerja Sama Strategis Asia Afrika pada April 2015.
Menteri Luar Negeri Retno P Marsudi seperti dikutip kantor berita Antara dalam keterangan pers di Kantor Presiden Jakarta, Jumat (9/1) mengatakan terdapat dua kegiatan besar yang masing-masing berlangsung di Jakarta dan Bandung.
"Dua segmen besar KTT negara Asia Afrika yang akan dilakukan di Jakarta 19 April sampai 23 April dan segmen kedua, peringatan di Bandung 24 april 2015," kata Retno.
Pemerintah akan mengundang 109 pemimpin negara dan 25 organisasi untuk hadir dalam perhelatan tersebut.
"Segmen di Jakarta, terdiri atas beberapa pertemuan SOM (pejabat senior, Red), pertemuan tingkat menteri dan pertemuan di tingkat kepala negara dan persiapan akan segera dilakukan," katanya.
"Selain itu juga akan dilakukan side event besar Asia Afrika Bussinnes Summit dan Asia Africa Carnival yang akan dikelola Wali Kota Bandung dan pemerintah Provinsi Jawa Barat," kata Retno.
Sementara itu, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan dengan waktu persiapan yang pendek, hanya sekitar tiga bulan, rapat koordinasi persiapan akan dilakukan setiap pekan.
Ia mengatakan ada wacana untuk meliburkan aktivitas perkantoran saat acara tersebut berlangsung di Bandung.
Tentang KAA
KAA seperti dikutip wikipedia adalah sebuah konferensi antara negara-negara Asia dan Afrika, yang ketika diselenggarakan mayoritas baru saja memperoleh kemerdekaan. KAA diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar (dahulu Burma), Sri Lanka (dahulu Ceylon), India, dan Pakistan serta dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Sunario.
Pertemuan ini berlangsung pada 18 April - 24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung dengan tujuan mempromosikan kerja sama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika serta melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya.
Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia pada saat itu mengirimkan wakilnya. Konferensi ini merefleksikan apa yang dipandang sebagai ketidakinginan kekuatan-kekuatan Barat untuk mengkonsultasikan keputusan-keputusan yang memengaruhi Asia pada masa perang dingin, kekhawatiran mengenai ketegangan antara Republik Rakyat Tiongkok dan Amerika Serikat, keinginan muntuk membentangkan fondasi bagi hubungan yang damai antara Tiongkok dengan mereka dan pihak Barat, penentangan terhadap kolonialisme, dan keinginan Indonesia untuk mempromosikan hak mereka dalam pertentangan dengan Belanda mengenai Irian Barat.
Sepuluh poin hasil pertemuan ini kemudian tertuang dalam Dasasila Bandung, yang berisi tentang pernyataan mengenai dukungan bagi kerusuhan dan kerja sama dunia. Dasasila Bandung memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip Nehru.
Konferensi ini akhirnya membawa kepada terbentuknya Gerakan Non-Blok pada 1961.
Editor : Sotyati
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...