60.000 Tahun Lalu Manusia Tinggalkan Afrika Lewat Mesir
SATUHARAPAN.COM – Ketika sekelompok manusia modern mulai eksodus dari Afrika sekitar 60.000 tahun lalu, Mesir mungkin adalah perhentian terakhir.
Dengan pengujian genetik dari populasi Afrika yang berbeda, peneliti mampu mengikuti langkah pertama manusia ke Eurasia—kawasan Asia dan Eropa. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan Kamis (28/5), di American Journal of Human Genetics, kesamaan genetik antara Mesir dan Eurasia menunjukkan bahwa emigran Pleistosen melakukan perjalanan melalui Mesir. Zaman Pleistosen adalah kala terakhir periode geologis, yang disebut zaman es, yaitu pada waktu daerah-daerah dekat kutub dan pegunungan tinggi diliputi lapisan es; bagian awal dari zaman kuarter; zaman diluvium.
Teori “Out-of-Africa” adalah model yang paling banyak diakui untuk pergerakan manusia modern ke Eurasia. Ini mendalilkan bahwa, di beberapa titik setelah evolusi manusia modern secara anatomis pertama di Afrika, ada migrasi besar dari benua itu. Ahli paleoantropologi memperkirakan bahwa langkah tersebut terjadi antara 125.000 dan 60.000 tahun lalu, tapi tidak kesepakatan apakah ada eksodus tunggal atau berkali-kali. Para “pelancong prasejarah” ini mungkin telah menggunakan jembatan tanah dan rakit sederhana untuk menyeberang. Mereka menjadi yang pertama dari populasi manusia modern di Eropa dan Asia. (Bukti fosil menunjukkan bahwa Neanderthal sudah tinggal di kedua benua itu).
Penelitian terbaru telah mengadopsi pandangan bahwa manusia modern berasal di Etiopia dan meninggalkan Afrika melalui Bab-el-Mandeb, selat yang menghubungkan Tanduk Afrika dengan Semenanjung Arab. Tapi sebuah studi internasional, yang dipimpin oleh peneliti dari University of Cambridge Luca Pagani, dapat membuktikan sebaliknya.
Dr Pagani dan rekannya mengumpulkan informasi genetik dari 100 orang Mesir dan 25 individu dari masing-masing lima populasi di Etiopia. Jika rute ke Eurasia melewati Afrika Timur, secara genetik, orang Etiopia harus lebih mirip dengan orang Eurasia dari Mesir. Namun menurut Pagani, yang terjadi sebaliknya.
“Dalam penelitian kami, kami menghasilkan set komprehensif pertama data genom dari Timur Laut Afrika dan diamati, setelah mengendalikan migrasi baru-baru ini, kesamaan genetik yang lebih tinggi antara orang Mesir dan Eurasia dibandingkan antara orang Etiopia dan Eurasia,” kata Pagani dalam siaran pers.
Dengan kata lain, manusia prasejarah mungkin mengambil rute ke utara Afrika. Dan, mereka melakukan perjalanan melalui Mesir dalam proses. Jika benar, temuan Pagani bisa meningkatkan pemahaman latar belakang evolusi kita, baik secara geografis dan budaya. Dan, data genom yang dikumpulkan oleh Pagani dan rekan-rekannya akan tersedia secara bebas. Ini sangat bermanfaat untuk studi antropologi dan medis di masa depan.
“Konsekuensi yang paling menarik dari hasil kami adalah kami membuka sebuah episode dari masa lalu evolusi dari semua Eurasia. Itu berpotensi meningkatkan pengetahuan miliaran orang tentang sejarah yang mendalam biologis mereka,” kata Pagani kepada LiveScience. (csmonitor.com)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...