86 Tahun Sumpah Pemuda di Mata Anggota DPR
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Hari ini, Selasa (28/10), Bangsa Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda, di mana 86 tahun silam Kongres Pemuda Kedua menegaskan cita-cita akan ada "tanah air Indonesia", "bangsa Indonesia", dan "bahasa Indonesia".
Berangkat dari hal tersebut, di Kompleks Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan Jakarta Pusat, pada Selasa (28/10), satuharapan.com coba menemui beberapa Anggota DPR untuk mengetahui pandangan mereka mengenai makna Hari Sumpah Pemuda.
Anggota DPR Fraksi Partai Gerindra Rachel Maryam mengatakan Sumpah Pemuda berbicara tentang persatuan, cinta tanah air, dan rasa nasionalisme. Menurut dia, hal itu harus tetap dipegang teguh, karena kini masyarakat Indonesia terkadang melupakan jati diri sebagai bangsa yang punya beragam kebudayaan.
“Semoga di Hari Peringatan Sumpah Pemuda ini kita mengingat kembali bahwa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan luar biasa, dan perbedaan serta kebudayaan merupakan kekuatan kita,” kata dia.
Sementara itu, Anggota DPR Fraksi PDI Perjuangan Nico Siahaan mengungkapkan ini adalah saatnya kaum muda untuk mengambil kesempatan untuk menunjukkan apa yang dimilikinya.
“Presiden kita muda, jadi jangan menunggu diberi kesempatan. Sebab, kalau kaum muda hanya menunggu diberi kesempatan nanti keburu tua,” ujar dia.
Rekan satu fraksi Nico Siahaan, Adian Napitupulu menyampaikan agar kaum yang sudah tua member kesempatan pada kaum muda. “Karena sebuah bangsa yang tidak memberi kepercayaan pada kaum mudanya tidak akan bertahan lama,” kata dia.
Tak Ada Galau
Mengenai Hari Peringatan Sumpah Pemuda, Anggota DPR Fraksi Partai Demokrat Dede Yusuf Macan Effendi berpandangan terdapat salah pengartian yang terjadi dalam memaknai tanggal 28 Oktober setiap tahunnya. Menurut dia yang dimaksud dengan Sumpah Pemuda adalah persatuan generasi muda, sehingga esensi semangatnya adalah persatuan dari berbagai golongan.
“Oleh karena itu, semangatnya menyatukan semua potensi para pemuda baik professional, pelajar, mahasiswa, maupun generasi muda, ini adalah cara agar setiap orang memiliki satu tekad untuk menyatukan potensi, sehingga tidak ada lagi kalimat galau, apatis, tidak mampu, dan tidak bisa,” kata dia.
“Pada Hari Sumpah Pemuda ini saya melihat apa yang dilakukan Pak Joko Widodo dan Jusuf Kalla dengan mengambil orang muda membawa harapan untuk menarik gerbong kepemudaan dalam berkiprah dalam pembangunan Indonesia ke depan,” sosok yang dikenal Dede Yusuf itu menambahkan.
Sementara itu, Anggota DPR Fraksi Partai NasDem Patrice Rio Capella mengharapkan pemuda Indonesia bisa menjadi pelopor perubahan bangsa Indonesia. Karena berdasarkan sejarah, pemuda senantiasa menjadi pelopor terdepan dalam setiap keperluan besar bagi sebuah bangsa.
“Oleh karena itu, kita harapkan pemuda Indonesia tetap peduli dengan nasib bangsanya, karena mereka adalah pemilik masa depan bangsa ini, bukan orang tua,” tutur dia.
“Kalau orang tua selalu bicara masa lalu, sedangkan orang muda bicara masa depan. Jadi kita harapkan pemuda memikirkan masa depan bangsa ini karena mereka adalah pewaris utama bangsa Indonesia,” politisi NasDem itu menjelaskan.
Awas Globalisasi
Senada dengan Anggota DPR lainnya, Martin Hutabarat dari Fraksi Partai Gerindra mengatakan Sumpah Pemuda adalah satu pilar kebangsaan yang menjadi cikal bakal dari rasa persatuan sebagai bangsa Indonesia. “Jadi kalau kita lihat dari Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, sebenarnya Sumpah Pemuda ini menunjukkan sikap dari pendiri negara kita untuk membuat Indonesia yang bersatu.
Menurut dia, saat itu Indonesia masih dalam zaman penjajahan dan sedikit orang berpendidikan, namun pemuda dari seluruh Indonesia berkumpul di Jakarta untuk menyatakan pemuda Indonesia hanya tahu kami satu bangsa, satu bahasa, satu negara Indonesia. “Itu luar biasa, jauh sebelum kita proklamasi kemerdekaan pemuda ini tak tahu latar belakang, hanya tahu Indonesia,” Martin mengungkapkan.
Namun ia mengingatkan Indonesia harus mewaspadai globalisasi yang merasuki generasi muda, ia berpendapat hal tersebut dapat mengabaikan sikap persatuan dan kenasionalisan, karena merasa dirinya merupakan bagian dari dunia.
“Kalau kita tidak jaga, ini ancaman bagi persatuan kita, seharusnya globalisasi jadi kekuatan dan alat untuk maju. Tapi kalau tidak kita jaga, awasi, dan bina dengan baik, maka kaum muda akan terpengaruh globalisasi lalu mengabaikan pengorbanan dari generasi tua untuk membangun serta menciptakan Indonesia yang bersatu,” ujar Martin.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...