889.000 Orang Terkena TB per Maret 2025

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa pihaknya telah mendeteksi sebanyak 889 ribu orang yang terkena tuberkulosis (TB) per awal Maret 2025, dan jumlah tersebut merupakan 81 persen dari target deteksi 2024 sebesar 1.090.000 orang.
Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Ina Agustina Isturini menyampaikan dalam temu media daring di Jakarta, Senin (24/3), bahwa tiap tahunnya, jumlah orang yang terdeteksi serta pengobatan TBC terus meningkat.
Pada 2023, target deteksi adalah 1.060.000 orang, dengan pencapaian sebesar 77 persen yakni 821.200 terdeteksi, serta 78 persen pasien diobati atau 722.863 orang.
"Meskipun dibandingkan 2022-2023 atau tahun sebelumnya ini kita menunjukkan peningkatan, namun ini masih merupakan tantangan untuk bisa mencapai target. Di mana target penemuan kasus itu ditargetkan 90 persen. Jadi 900.000 kasus yang diminta," kata Ina.
Selain itu, katanya, sejumlah target eliminasi TB lainnya yakni 90 persen pengobatan TB sensitif obat (TBSO), dan 80 persen pada pengobatan TB resisten obat (TBRO) pada 2024. Adapun pencapaiannya, katanya, pengobatan TBSO tercatat pada 84 persen dan pengobatan TBRO 58 persen.
Guna notifikasi TB secara nasional 81 persen, katanya, dengan Banten mencatatkan notifikasi tertinggi sebesar 112 persen, dan terendah Papua Pegunungan sebesar 27 persen.
"Ini untuk pemberian TPT, terapi pencegahan TBC, bagi kontak serumah. Ini yang mencapai target baru Banten, sedangkan sebagai besar provinsi masih di bawah 29 persen pencapaian targetnya," katanya.
Adapun pencapaian pemberian TPT Banten pada 2024 yakni 67 persen.
Dia menyebutkan, pada 2030 diharapkan insidensi TB turun sesuai target global, yakni menjadi 65 kasus per 100 ribu penduduk. Saat ini, katanya, insidensi Indonesia yakni 388 kasus per 100 ribu penduduk.
"Kemudian untuk treatment coverage diharapkan lebih dari 90 persen, dan success ratenya juga lebih dari 90 persen," katanya.
Ina juga menjelaskan, sejumlah target 2025 dalam Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC/Quick Win) berupa eliminasi TB, yakni penemuan setidaknya 981 ribu kasus. Kemudian inisiasi pengobatan mencapai 95 persen, dan keberhasilannya untuk TB sensitif obat 90 persen dan TB resisten obat 80 persen.
Dia menyebutkan, terdapat sejumlah inisiatif untuk menyukseskan inisiatif itu, antara lain penggunaan X-ray dan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) untuk memasifkan penemuan kasus secara aktif (active case finding).
Selain itu, dia melanjutkan, mengintegrasikan data dan informasi tentang TB, seperti dengan rumah sakit dan puskesmas. Dia menilai, inisiatif itu adalah karena TB adalah kasus yang sedikit dilaporkan (underreported). Dengan integrasi seperti itu, katanya, suspek TB dapat segera ditangani.
"Lalu pemberian insentif penemuan di FKTP -Fasilitas kesehatan tingkat pertama-, ini kami masih proses," dia menuturkan.
Pihaknya juga berupaya mengembangkan inovasi regimen pengobatan yang lebih efisien, guna mengurangi waktu pengobatan dari 18 bulan menjadi 6 bulan saja. Dia melanjutkan, inovasi lainnya yakni vaksin TB yang ditargetkan selesai pada 2027, rumah sakit khusus penanganan TBRO dan TBSO, juga menggalang partisipasi komunitas untuk edukasi serta pencegahan TB.

Pemerintahan Trump Tutup Voice of America Digugat, Dinilai T...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Gugatan yang diajukan hari Jumat (21/3) malam menuduh pemerintahan Trump m...