Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 09:52 WIB | Minggu, 15 Oktober 2023

90% Korban Gempa Afghanistan Anak-anak dan Perempuan

Anak perempuan Afghanistan menangis di depan rumahnya yang hancur akibat gempa bumi di distrik Zedan Jan, Provinsi Heart, Afghanistan, hari Rabu (11/10). (Foto: AP/Ebrahim Noroozi)

KABUL, SATUHARAPAN.COM-Lebih dari 90 persen orang yang tewas akibat gempa bumi berkekuatan 6,3 skala richter di Afghanistan barat akhir pekan lalu adalah perempuan dan anak-anak, menurut laporan pejabat PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa), hari Kamis (12/10).

Pejabat Taliban mengatakan gempa hari Sabtu (7/10) menewaskan lebih dari 2.000 orang dari segala usia dan jenis kelamin di seluruh Provinsi Herat. Pusat gempa berada di distrik Zenda Jan, di mana 1.294 orang meninggal, 1.688 orang terluka dan setiap rumah hancur, menurut angka PBB.

Perempuan dan anak-anak kemungkinan besar berada di rumah ketika gempa terjadi pada pagi hari, kata Siddig Ibrahim, kepala kantor lapangan UNICEF di Herat. “Saat gempa pertama terjadi, masyarakat mengira itu ledakan, dan mereka lari ke rumah masing-masing,” katanya.

Ratusan orang, sebagian besar perempuan, masih hilang di Zenda Jan.

Warga Afghanistan masih berharap menemukan korban selamat dari gempa yang menewaskan lebih dari 2.000 orang di Provinsi Herat barat

Perwakilan Afganistan untuk Dana Kependudukan PBB, Jaime Nadal, mengatakan tidak akan ada “dimensi jender” dalam jumlah korban tewas jika gempa terjadi pada malam hari.

“Pada saat itu, para pria sedang berada di lapangan,” kata Nadal kepada The Associated Press. “Banyak laki-laki bermigrasi ke Iran untuk bekerja. Para perempan berada di rumah melakukan pekerjaan rumah dan menjaga anak-anak. Mereka mendapati diri mereka terjebak di bawah reruntuhan. Jelas ada dimensi jender.”

Gempa awal, beberapa kali gempa susulan, dan gempa kedua berkekuatan 6,3 skala Richter pada hari Rabu (11/10) meratakan seluruh desa, menghancurkan ratusan rumah yang terbuat dari batu bata lumpur yang tidak mampu menahan kekuatan tersebut. Sekolah, klinik kesehatan, dan fasilitas desa lainnya juga roboh.

Dewan Pengungsi Norwegia menggambarkan kehancuran yang terjadi sangat besar.

“Laporan awal dari tim kami adalah banyak dari mereka yang kehilangan nyawa adalah anak-anak kecil yang tertimpa atau mati lemas setelah bangunan runtuh menimpa mereka,” kata dewan tersebut.

Rumah sakit bersalin di Provinsi Herat mengalami retakan sehingga strukturnya tidak aman. PBB telah menyediakan tenda agar perempuan hamil dapat tinggal dan menerima perawatan, kata Nadal.

Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, mengatakan badan dunia tersebut juga telah menyediakan ambulans ke rumah sakit regional dan mendistribusikan lampu tenaga surya, peralatan kebersihan dan bantuan lainnya kepada ratusan keluarga pengungsi. Program Pangan Dunia mengirimkan lebih dari 81 ton makanan, kata Dujarric di markas besar PBB pada hari Kamis (12/10).

Banyak orang di dalam dan di luar ibu kota Provinsi Herat masih tidur di luar, meski suhu mulai turun.

Dampak gempa yang tidak proporsional terhadap perempuan telah menyebabkan anak-anak kehilangan ibu, pengasuh utama mereka, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang siapa yang akan membesarkan mereka atau bagaimana menyatukan kembali mereka dengan ayah mereka yang mungkin berada di luar provinsi atau di luar Afghanistan.

Pejabat pemberi bantuan mengatakan panti asuhan tidak ada atau langka, artinya anak-anak yang kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya kemungkinan besar akan diasuh oleh kerabat atau anggota masyarakat yang masih hidup.

Gempa bumi biasa terjadi di Afghanistan, di mana terdapat sejumlah garis patahan dan seringnya pergerakan di antara tiga lempeng tektonik di dekatnya.

Perempuan mungkin berisiko tidak mendapatkan informasi tentang kesiapsiagaan gempa bumi karena perintah Taliban yang membatasi mobilitas dan hak-hak mereka, serta pembatasan yang diberlakukan terhadap pekerja kemanusiaan perempuan, sebuah laporan PBB memperingatkan.

Pihak berwenang telah melarang anak perempuan bersekolah setelah kelas enam dan menghentikan perempuan bekerja di kelompok non pemerintah, meskipun ada pengecualian untuk beberapa sektor seperti layanan kesehatan. Taliban juga mengatakan bahwa perempuan tidak dapat melakukan perjalanan jarak jauh tanpa pendamping laki-laki.

Badan-badan bantuan mengatakan para staf perempuan Afghanistan “untuk saat ini” bekerja dengan bebas di Herat dan menjangkau perempuan dan anak perempuan yang terkena dampak gempa.

UNICEF telah meluncurkan permohonan US$20 juta untuk membantu sekitar 13.000 anak dan keluarga yang terkena dampak gempa bumi. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home