Abdul Moqsith Ghazali: KB adalah Maslahat dalam sebuah Keluarga
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Mengatur jarak kelahiran merupakan maslahat atau bermanfaat bagi keluarga yang bersangkutan melainkan juga bagi diri yang melahirkan. Kata Abdul Moqsith Ghazali, seorang penulis Muslim, yang menyinggung hubungan Islam dan KB untuk menjawab pelbagai asumsi penolakan program Keluarga Berencana (KB).
Isu penolakan program KB ini termuat dalam tiga buku terbitan Rumah KitaB di acara peluncuran tiga buku terbitan Rumah Kita Bersama (Rumah KitaB) di Gedung Pengurus Besar Nadhatul Ulama (PBNU) Jakarta pada hari Kamis (20/6).
“Masalahnya ada umat Islam yang hidup di abad VII tidak mempersoalkan ledakan penduduk. Tugas istri melahirkan lebih banyak lebih baik itu kira-kira semboyannya. Mereka merasa saat ini adalah sama dengan jaman perang, sehingga memperbanyak anak merupakan keharusan untuk menambah cadangan pasukan," katanya.
Menurut mereka, imbuh Abdul, penggunaan alat kontrasepsi yang berdampak pada kian terbatasnya umat Islam adalah ancaman. Itu yang dikatakan Hizbut Tahrir dalam buku ini. Begitu juga LDII, PKS, dan seterusnya. Bagi mereka penggunaan alat kontrasepsi tidak pernah dijalankan nabi.” Kata Abdul Moqsith Ghazali menjelaskan asumsi-asumsi yang dipakai kelompok Islam fundamentalis menolak program KB.
“Padahal kita hidup di abad 21, di mana bumi yang kian terbatas dengan makhluk manusia yang penuh keinginan,” katanya.
Biaya hidup makin tinggi, apalagi keluarga miskin dengan balita tidak mudah menanggulangi beban ekonomi. Sekiranya kaya, kalau banyak anak hanya akan membuat bumi menderita, membuat kemacetan dengan deretan mobilnya, dan rumah-rumah yang menutupi tanah resapan.
Bukan pula alasan bagi orang kaya merasa mampu untuk membuat anak sebanyak-banyaknya. Perempuan memiliki keterbatasan fisik stamina untuk melahirkan anak dalam jumlah banyak. Memaksa perempuan untuk terus melahirkan hanya memaksa perempuan untuk berangkat ke kuburan.
“Argumennya, sekiranya dengan sejumlah alasan, manusia tidak bisa menjangkau firman Tuhan maka akal itu fasilitas yang disediakan Tuhan agar manusia bisa menentukan kebaikan dan keburukan,” tuturnya.
Argumen Nadhatul Ulama dan Muhammadiyah selama ini tentang KB menyatakan membolehkan pengaturan dan jarak kelahiran. Tetapi argumen baik dari Nadhatul Ulama dan Muhammadiyah itu dipatahkan oleh argumen-argumen lain dari kelompok Islam yang muncul belakangan di Indonesia seperti Hizbut Tahrir.
Editor : Sabar Subekti
Awas Uang Palsu, Begini Cek Keasliannya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peredaran uang palsu masih marak menjadi masalah yang cukup meresahkan da...