Ada Apa Dengan Vaksin? Lihat dari Psikologi
“It's important for children to be vaccinated so that they have the opportunity to become adults.” ― Brad McKay.
SATUHARAPAN.COM - Vaksin bukan hanya untuk orang dewasa atau pun lansia, vaksin bisa untuk semua orang. Membahas vaksin, pasti akan ada pro dan kontra. Bukan hanya tentang vaksin, semua isu pasti memiliki ada sisi pro dan sisi kontranya. Nah, kalau kita lihat dari arti kata vaksin menurut KBBI sendiri artinya bibit penyakit yang sudah dilemahkan, digunakan untuk vaksinasi. Berkiatan dengan vaksinasi, maka cenderung ke arah perilakunya, yaitu penanaman bibit penyakit yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh manusia atau binatang agar orang atau binatang itu menjadi kebal terhadap penyakit tersebut.
Selain itu, berdasarkan Buku Saku ‘Tanya Jawab Seputar Vaksinasi Covid-19’ yang dibuat oleh Kemenkes, vaksinasi berarti pemberian vaksin dalam rangka mengingkatkan atau menimbulkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan dan tidak menjadi sumber penularan. Bisa dilihat, bahwa salah satu gunaya vaksin adalah menjadi “kebal” atau pun tubuh kita jadi terbiasa dengan penyakit tersebut, ibaratnya adaptasi.
Setelah kita kaji arti vaksin dan vaksinasi, sepertinya kita perlu paham dulu manfaat dari vaksin. Ada beberapa manfaat dari vaksinasi, yaitu memberikan perlindungan agar tidak tertular atau mengalami sakit berat akibat dari COVID-19, memberikan perlindungan kepada orang lain, hingga menghentikan penyebaran virus corona.
Kita akan membahas vaksinasi dari factor psikologi yang mempengaruhi manusia. Ditemukan ada 5C menurut Cornelia Betsch dkk pada tahun 2018, yaitu confidence, complacency, constraints, calculation, dan collective responsibility. Confidence berarti rasa keyakinan, dimana orang memiliki rasa percaya pada keamanan dan kemanjuran khasiat dari vaksin, bias juga rasa percaya kepada layanan kesehatan, hingga aturan pemerintah yang mengatur kebijakan program vaksin. Tapi ada hal yang mengurangi rasa percaya, Lalu, complacency yakni kelengahan yang dikaitkan dengan ancaman atau resiko setelah vaksin. Ibarat kata, dampak dari vaksin pun memberikan keputusan manusia melakukan vaksinasi atau tidak.
Lebih lanjut, terkait dengan constraints yakni seberapa mudah seseorang mengakses vaksin, misalnya ketersediaan vaksin, keterjangkauan dan kemauan untuk membayar, aksesibilitas geografis, kemampuan untuk memahami vaksin itu sendiri dan daya tarik layanan dari vaksin mempengaruhi sikap/perilaku untuk melakukan vaksin. Pada calculation, yakni perhitungan dimananya ada keterlibatan orang tersebut dalam pencarian informasi ekstensif untuk menimbang keuntungan dan kerugian resiko dari vaksinasi sebelum melakukan keputusan vaksin.
Terakhir, Collective responsibility dimana menjadi tanggung jawab bersama kesediaan untuk melindungi orang lain terdekat setelah melakukan infeksi khususnya ketika orang terdekat kurang kekebalan tubuhnya (system imun). Jika dilihat dari 5C, maka kebanyakan orang sudah memiliki poin pertimbangan tertentu terkait vaksinasi, itulah yang mengarahkan manusia untuk membuat keputusan, apakah mau vaksin atau tidak.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...