ADB Turunkan Target Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok
MANILA, SATUHARAPAN.COM – Bank Pembangunan Asia (ADB) menurunkan target pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan negara-negara Asia lainnya untuk 2016.
Menurut ADB seperti diberitakan berita.mediacorp.sg, Sabtu (18/7) target ini sejajar dengan pertumbuhan ekonomi global dan kawasan Asia yang melambat.
Ekonomi negara-negara membangun di Asia dijangka tumbuh 6.1 persen tahun ini dan 6.2 persen tahun depan. Penurnan Ini sedikit lebih rendah daripada target awal yang menjangkakan pertumbuhan 6.3 persen di paruh kedua 2015.
Pertumbuhan melambat diperkirakan akan bertahan beberapa tahun, disebabkan pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang lebih kecil dari 7 persen tahun ini lebih rendah sedikit daripada ramalan awal yakni 7.2 persen.
Beberapa waktu lalu, Chief Ecomonist Asian Development Bank (ADB) Shang-Jin Wei memperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) di kawasan Asia sebesar 6,3 persen hingga tahun depan.
"Kawasan Asia yang sedang berkembang memberi kontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi global," kata dia.
Asian Development Bank (ADB) meminta pemerintah Indonesia menghidupkan kembali sektor manufaktur sebagai primadona ekspor, setelah selama ini mengabaikannya dan berfokus pada ekspor komoditas sumber daya alam, yang 'kejayaannya' kini mulai memudar.
Indonesia dinilai memerlukan sumber pertumbuhan ekspor yang baru untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi di atas enam persen. Saatnya sektor manufaktur jadi primadoma, selain karena booming komoditas sudah usai, sejumlah faktor kini mendukung upaya memajukan sektor manufaktur.
Presiden Bank Dunia, Jim Yong Kim, bertemu dengan Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Le Keqiang. Mereka bersepakat untuk memperkuat kolaborasi dengan Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB) yang diprakarsai Tiongkok.
"Tiongkok adalah mitra kuat dalam pembangunan dan mitra kuat bagi Bank Dunia. Kami membagi komitmen untuk mengakhiri kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan bersama," kata Kim, Sabtu (18/7).
Menurut Jim Yong Kim, pihaknya mengharapkan untuk terus berlanjutnya hubungan yang kuat, kooperatif, dan produktif.
Hal itu, ujar dia, dinilai bakal memberikan manfaat, terutama bagi negara-negara berkembang di berbagai belahan dunia.
Presiden Kim dan Menteri Keuangan RRT, Lou Jiwei, di Beijing, 16 Juli 2015, juga telah menyepakati dana perwalian 50 juta dolar AS untuk mengurangi kemiskinan. (berita.mediacorp.sg)
- Baca Juga
- ADB Minta Jokowi Hidupkan Manufaktur Sebagai Primadona Ekspor
- Bank Dunia-Tiongkok Sepaat Perkuat Kolaborasi AIIB
Ikuti berita kami di Facebook
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...