Adi Kurdi, Pemeran Abah di “Keluarga Cemara” dalam Kenangan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Agustinus Adi Kurdi, aktor kelahiran Pekalongan pada 22 September 1948, meninggal dunia pada Jumat (8/5) siang. Sebelum mengembuskan napas terakhir, Adi sempat dirawat di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (PON), Cawang, Jakarta Timur, karena mengalami gangguan saraf otak.
Adi yang dikaruniai seorang anak bernama Maria Advena Victoria dari pernikahannya dengan adik Rendra, Bernadetta Siti Restyratuti itu, mungkin akan selalu identik dengan serial televisi yang pernah ia mainkan bersama Novia Kolopaking, Keluarga Cemara pada tahun 1997.
Serial itu bisa dikatakan begitu populer karena mengandung banyak pesan moral dan kehidupan.
Di sana, Adi berperan sebagai “Abah”, seorang tukang becak yang hidup cukup sederhana, suka membantu orang lain, dan berpandangan “bahagia bisa didapat tanpa memiliki mobil, motor, dan rumah indah”.
Namun, serial itu tak tayang lagi setelah tahun 2005. Dalam sebuah wawancara bersama Antara, Adi pernah mengatakan gaya hidup Abah yang sederhana bisa membuat produk industri tidak dibeli orang.
Pada sisi lain, ia dihadapkan pada kenyataan tidak semua orang menyukai “Keluarga Cemara”.
Sebenarnya, pada Maret 2020 diumumkan akan hadir film keluarga “Terima Kasih Emak Terima Kasih Abah (TETA)” yang kembali menghadirkan Adi sebagai abah. Film ini awalnya dijadwalkan tayang pada April 2020, tetapi ditunda hingga saat ini.
Jauh-jauh waktu sebelum serial televisi, Adi memulai kariernya di bidang seni peran melalui teater. Berbekal pendidikan di Sekolah Seni Rupa Indonesia (SSRI) Yogyakarta, sekitar tahun 1970, ia bergabung dengan Bengkel Teater pimpinan WS Rendra.
Rendra lalu mempercayakan pemeran utama pementasan teater Kisah Perjuangan Suku Naga pada sekitar tahun 1975 pada Adi. Pementasan itu menceritakan perjuangan masyarakat adat mempertahankan tanah dan budaya lokalnya di tengah gempuran pembangunan.
Dalam sebuah wawancara, Adi pernah mengatakan begitu yakin menjadi seniman dan tak percaya pada pilihan hidup lain, walau memang tak berarti kehidupannya secara ekonomi saat itu bisa dikatakan mapan.
Selain teater, Adi juga menjajal dunia film. Namanya mulai dikenal publik setelah terlibat dalam film Gadis Penakluk (1980). Dalam film karya sutradara Eduard Pesta itu, ia beradu peran dengan Merlyna Hoesin.
Berkat perannya dalam film itu, nama Adi Kurdi masuk dalam nominasi Festival Film Indonesia (FFI) pada tahun 1981.
Pada tahun 1981, Adi yang menjadi salah satu Alumnus School of Art, Theater Program New York University itu, bermain dalam film Putri Seorang Jendral karya sutradara Wim Umboh, meski hanya menjadi pemeran pendukung.
Sudah ada sekitar 18 judul film yang Adi mainkan, yang terakhir Triangle the Dark Side yang disutradarai Ian Nguyen Lampa dan Deddy Corbuzier pada tahun 2016.
Selama berkarier di dunia akting, Adi pernah meraih sejumlah penghargaan antara lain Lifetime Achievement Indonesian Movie Actors Award 2018 dan Aktor Pendukung Terpilih Piala Maya 2016. (Ant)
Editor : Sotyati
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...