Adian: SBY Tak Perlu Mengecam dan Takut pada Mahasiswa
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Politikus Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, Adian Napitupulu, membantah terlibat dengan aksi demonstrasi di dekat kediaman pribadi Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhyono (SBY) beberapa hari lalu.
Dia meminta mantan presiden itu seharusnya mengomentari percakapan seksual, makar, hingga terkait mantan menteri yang tertangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
“Saya tidak tahu bagaimana mahasiswa memutuskan untuk aksi di Mega Kuningan tepatnya di dekat kedutaan besar Qatar. Bila kita lihat lokasi aksinya maka aksi itu tidak tepat di depan rumah SBY karena masih ada jarak pandang sekitar 50-an meter,” kata Adian dalam pernyataan persnya yang diterima satuharapan.com, hari Selasa (7/2).
Menurut dia, kalaupun polisi mengatakan demo itu tanpa ijin maka itu hanya masuk kategori Tipiring alias Tindak Pidana Ringan.
“Saran saya tidak perlu mengomentari Tindak Pidana Ringan seperti itu karena kelas mantan presiden harusnya mengomentari Chat Sex yang beredar luas karena itu bisa merusak moral kaum muda se-Indonesia,” katanya.
Adian mengatakan, sebaiknya SBY tidak perlu takut dan mengecam mahasiswa yang hanya bermodalkan spanduk dan pengeras suara dengan tuntutan yang 1000 persen masuk di akal.
"Kalau mau takut maka takut dan kecamlah pelaku pemboman karena itu merenggut jiwa manusia. Kalau mau takut dan mengecam maka kecamlah mantan-mantan menteri yang ditangkap KPK karena korupsi mereka memiskinkan rakyat,” dia menambahkan.
Adian menegaskan, bahwa mahasiswa merupakan generasi muda intelektual. Mereka mampu berfikir dan bergerak sendiri.
“Jangan pernah meremehkan mereka dengan menuding kegiatan mereka didalangi, ditunggangi dan sebagainya, apalagi menunggangi sebuah pertemuan besar yang diikuti sekitar 3.000 mahasiswa dari 500 kampus di 25 provinsi sebagaimana disebut dalam rilis mahasiswa yang tersebar di sosial media,” katanya.
“Tidak ada yang sanggup, (termasuk saya) untuk menggerakan kekuatan intelektual muda sebesar itu. Hanya keprihatinan, kebesaran jiwa dan hati nurani mahasiswa yang sanggup membuat mereka datang dari berbagai kota, membelah samudera dan melintasi gunung. Semangat yang sama dengan berbagai sejarah perubahan diseluruh belahan dunia yang dipelopori mahasiswa dan kaum muda,” lanjutnya.
Dari informasi yang dia dapatkan, Adian mengatakan tidak melihat ada yang salah dalam pertemuan mahasiswa maupun hasil pertemuannya sebagaimana ditulis dalam pernyataan sikap mereka yang tersebar luas melalui broadcast dan sosmed lainnya, yaitu menolak isu SARA, meminta agar pelajaran Pancasila dilakukan di sekolah-sekolah, melawan organisasi yang ingin mengubah Pancasila dan pemberantasan korupsi.
“Aneh bagi saya jika ada mantan presiden yang marah dengan aksi yang didasari tuntutan itu. Menurut saya seharusnya semua mantan presiden, semua jenderal, semua aparatur negara dan seluruh masyarakat mendukung sikap mahasiswa,” katanya.
“Saran saya kalau mau komentar ya komentarlah tentang dugaan adanya makar jangan komentari aksi yang justru ingin menjaga keutuhan NKRI dan menjaga Pancasila sebagai Ideologi negara,” dia menegaskan.
Editor : Eben E. Siadari
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...