Afghanistan: Lima Sekolah untuk Perempuan Dibuka Kembali
Taliban tetap melarang perempuan bersekolah, namun p0embukaan terjadi atas tuntutan para siswa.
KABUL, SATUHARAPAN.COM-Lima sekolah menengah pemerintah untuk anak perempuan telah dibuka kembali di Afghanistan timur setelah ratusan siswa menuntut agar sekolah dibuka kembali, kata seorang pejabat provinsi, hari Kamis (8/9).
Secara resmi Taliban telah melarang pendidikan sekolah menengah untuk anak perempuan, tetapi perintah tersebut telah diabaikan di beberapa bagian Afghanistan yang jauh dari basis kekuatan pusat Kabul dan Kandahar.
Mohammad Wali Ahmadi, kepala sekolah SMA Shashgar di Gardez, mengatakan kepada AFP sekitar 300 gadis telah kembali ke sekolah sejak pekan lalu meskipun tidak ada perubahan dalam kebijakan resmi Taliban.
Rombongan gadis berjilbab dan berhijab terlihat menuju ke sekolah pada Kamis pagi. “Karena gadis-gadis itu datang sendiri, kami tidak menolak mereka kembali,” kata Ahmadi.
Tapi, jika kementerian pendidikan memerintahkan mereka untuk menutup, dia akan melakukannya “segera,” tambahnya. “Sejauh ini kami belum diberitahu untuk mengirim gadis-gadis itu kembali,” kata Ahmadi.
Khaliqyar Ahmadzai, kepala informasi dan budaya provinsi, mengatakan kepada AFP bahwa lima sekolah telah dibuka kembali, tanpa memberikan penjelasan. “Beberapa hari yang lalu, siswa perempuan mendatangi kepala sekolah dari lima sekolah menuntut agar sekolah mereka dibuka kembali,” katanya.
“Sejak itu, kelas telah dilanjutkan dan sekolah-sekolah ini sekarang berfungsi.” Empat dari sekolah tersebut berada di Gardez, ibu kota Provinsi Paktia, dan satu lagi di Samkani.
Pejabat di kementerian pendidikan di Kabul tidak segera dapat dihubungi untuk dimintai komentar.
Ahmadzai mengatakan kemungkinan sekolah lain di provinsi itu akan mengikutinya. “Jika siswa berkoordinasi dengan kepala sekolah, maka proses pembukaan kembali sekolah ini akan berlanjut di provinsi,” katanya.
Sejak merebut kekuasaan pada Agustus tahun lalu, Taliban telah memberlakukan pembatasan keras pada anak perempuan dan perempuan untuk mematuhi visi Islam mereka yang keras, secara efektif membuat mereka keluar dari kehidupan publik.
Pada bulan Maret, mereka memerintahkan semua sekolah menengah untuk anak perempuan ditutup hanya beberapa jam setelah dibuka kembali untuk pertama kalinya sejak kembali berkuasa.
Pejabat mempertahankan larangan itu hanya karena "masalah teknis" dan kelas akan dilanjutkan setelah kurikulum berdasarkan aturan Islam ditetapkan.
Beberapa sekolah umum terus beroperasi di beberapa bagian negara menyusul tekanan dari para pemimpin dan keluarga setempat. Namun, mereka tetap tertutup di sebagian besar provinsi, termasuk ibu kota Kabul serta Kandahar, pusat kekuatan de facto Taliban. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
AS Memveto Resolusi PBB Yang Menuntut Gencatan Senjata di Ga...
PBB, SATUHARAPAN.COM-Amerika Serikat pada hari Rabu (20/11) memveto resolusi Dewan Keamanan PBB (Per...