Afrika Tengah: 436 Masjid Hancur Akibat Konflik Sektarian
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Sekitar 436 masjid di Republik Afrika Tengah telah hancur akibat pertempuran ganas selama berbulan-bulan antara kelompok Muslim dan Kristen di negeri itu, kata Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa), Samanta Power, hari Selasa (17/3). Dia menyerukan dihentikannya kehancuran" yang mengerikan."
Samantha Power berbicara kepada wartawan setelah kunjungan Dewan Keamanan pekan lalu untuk negara. Dia menyatakan keprihatinan tentang kemungkinan tidak adanya keamanan yang terjadi akibat pasukan Uni Eropa dan Prancis ditarik keluar dari wilayah itu, sementara pasukan penjaga perdamaian PBB belum hadir dengan kekuatan penuh.
Setidaknya 5.000 orang telah meninggal sejak Republik Afrika Tengah konflik kekerasan sektarian meledak menjadi pada bulan Desember 2013. Hampir 1 juta warga dari 4,5 juta penduduk mengungsi. Banyak dari mereka yang telah melarikan diri adalah warga Muslim.
Power mengatakan 436 masjid di negara itu telah hancur. Dia mengunjungi satu yang tersisa di lingkungan Muslim di ibu kota, Bangui, dan menggambarkan penduduk sebagai "warga yang ketakutan."
Beberapa perempuan Muslim, takut meninggalkan rumah dengan mengenakan cadar mereka. Dia memilih melahirkan di rumah, ketimbang di rumah sakit, kata duta besar.
Pasukan penjaga perdamaian PBB, pasukan Perancis dan operasi militer Uni Eropa telah mencoba untuk menenangkan kekerasan. Tapi Power mengatakan yang terakhir dari kekuatan Uni Eropa sekitar 750 tentara telah meninggalkan Republik Afrika Tengah selama akhir pekan, tak lama setelah kunjungan Dewan Keamanan.
"Itu penurunan besar dalam kemampuan," katanya. Sementara itu, pasukan Prancis telah mengumumkan "penarikan secara substansial" pada akhir tahun ini. Prancis telah mengirim 2.000 tentara ke bekas koloninya itu.
Pasukan penjaga perdamaian PBB tetap dengan sekitar 80 persen dari kekuatan yang direncanakan sekitar 10.000 personel, kata Power. Sekjen PBB bulan lalu meminta lebih dari 1.000 penjaga perdamaian tambahan.
Dia mengatakan pasukan gabungan telah "menghindari skenario terburuk," tetapi kelompok-kelompok bersenjata keliling negara itu tetap dengan persenjataan. Dubes AS itu menyebutkan bahwa dengan penyebab yang mendalam, perlucutan senjata adalah "prioritas penting." (undpi.org)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...