Agied Derta: Dari Teknik Geologi ke Industri Fashion
SERPONG, SATUHARAPAN.COM – Nama Agied Derta memang belum dikenal banyak orang seperti desainer kondang Oscar Lawalata atau Ivan Gunawan. Dia adalah desainer muda yang baru saja belajar di dunia fashion. Pada hari Minggu (17/1) Agied memenangkan Sakura Collection Asia Students Award 2015 yang diselenggarakan oleh organisasi acara fashion asal Jepang Sakura Collection.
Agied adalah salah satu dari 10 kontestan yang terpilih dalam ajang tersebut. Ketika seluruh kontestan memamerkan lebih dari satu pilihan desain, dia hanya memamerkan satu desain saja dalam peragaan busana yang diselenggarakan di AEON Mall BSD City.
Dia juga tak menyangka karyanya tersebut akan terpilih menjadi pemenang utama dan berhasil mengantongi tiket ke Jepang. Tak hanya itu, dia juga akan memamerkan hasil karyanya tersebut di Sakura Collection Yokohama pada Maret 2016 mendatang.
Sebelum terjun di industri fashion, Agied mengaku kalau dia adalah alumni dari jurusan Teknik Geologi Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah.
“Saya lulusan Teknik Geologi Universitas Diponegoro, Semarang. Baru bergabung di sekolah fashion milik Susan Budihardjo Semarang pada bulan September 2015 lalu,” kata dia di AEON Mall BSD City, hari Minggu (17/1).
Pria berumur 28 tahun tersebut mengatakan bahwa ketertarikannya di industri mode sudah sejak lama. Dia hanya berani mendesain baju di atas kertas putih. Keinginannya untuk sekolah desain pun sempat ditentang oleh keluarga.
Terinspirasi Naruto
Dalam karyanya kali ini, Agied mendapatkan inspiransi dari kegemarannya menonton film kartun asal Jepang yaitu Naruto.
“Temanya J-Food. Japanese Food. Temanya lebih ke ramennya terus inspirasinya gara-gara saya suka nonton film Naruto. Naruto itu makanan favoritnya ramen. Terinspirasinya dari situ untuk membuat bajunya,” kata dia.
Tak tanggung-tanggung, Agied menggandeng istri aktor Nicky Tirta yaitu Liza Elly untuk memperagakan busana karya dia sendiri. Agied memilih bahan jenis scuba bernuansa biru muda dengan enam gambar mangkuk mie ramen di bagian depan dan belakang gaun sepanjang lutut tersebut.
Kemudian, yang membuatnya unik adalah mie ramen tiga dimensi yang menjuntai keluar dari mangkuknya. Tak hanya itu, Liza juga mengenakan bando yang menyerupai topi dengan bentuk mangkuk ramen dengan sumpit dan mie ramen di atasnya. Ini semakin membuat karyanya menjadi lebih kuat dan unik.
Sebagai pelengkap, Liza juga mengenakan sepatu hak tinggi jenis ankle strap dimana tali dan warna sepatunya senada dengan gaun yang dipakainya.
Proses pembuatan gaun tersebut memakan waktu delapan hari.
“Lumayan soalnya yang bikin lama itu printingnya. Tanggal 29 Desember 2015 baru jadi printnya. Tanggal 5 Januari 2016,baru selesai jahit sama yang buat sum mie-mienya itu,” kata dia.
Desainer yang juga menjadi dewan juri dalam acara tersebut, Taruna K. Kusmayadi mengatakan karya Agied memenuhi kriteria dewan juri karena dia menguasai konsep yang diberikan yang meliputi craftsmanship dan kerapihan jahitan.
“Siluetnya biasa saja tapi digital printnya hebat. Terus ada mie-nya ngengantung. Nggak nyangka kan. Soalnya digital printingnya tiga dimensi. Kita memikirkan bagaimana cuttingnya, sizingnya setelah itu kita bicara secara total look. Ya itu, yang tiga (finalis) itu yang advance dan menguasai. Entah itu konsep, entah itu craftsmanship, kerapihan dari jahitan,” kata dia.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...