Loading...
INDONESIA
Penulis: Febriana Dyah Hardiyanti 08:33 WIB | Minggu, 07 Agustus 2016

Ahok dan Partai Politik

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. (Foto: Dedy Istanto)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menengok kinerja tim relawan Teman Ahok, yang ingin Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), maju melalui jalur perseorangan menjadi DKI 1, dengan mengumpulkan satu juta Kartu Tanda Penduduk (KTP), pada akhirnya berujung pada partai politik.

Pasalnya, Ahok lebih memilih jalur partai politik (Parpol) sebagai kendaraan politiknya dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta mendatang. Partai Hanura, Partai Golkar dan Partai Nasdem, merupakan tiga parpol menyatakan siap secara tulus mengusung Ahok tanpa embel-embel mahar politik.

Ahok ingin membuat sistem untuk menghapus stigma bahwa calon yang ingin menjadi kepala daerah harus ‘menjajakan diri’ agar dicalonkan oleh parpol. Artinya, Ahok tidak ingin melobi-lobikan dirinya ke semua parpol untuk dapat ikut dalam kontestasi demokrasi di DKI Jakarta, juga sekaligus ingin menunjukkan kepada siapa pun yang mempunyai kualitas kepemimpinan yang baik agar tidak terpaku apalagi mengemis pada parpol.

“Saya pernah mengalami waktu masih di politik. Nah, stigma itu yang mau saya hapus,” kata Ahok, hari Kamis (4/8), di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.

Melalui gebrakan satu juta KTP yang ia gabungkan kekuatannya kini dengan parpol, maka Ahok seakan sudah mengantongi izin dari semua jalur. Namun, sikap Ahok ini juga dinilai banyak pihak menunjukkan ketidakkonsistenan dengan apa yang pernah ia utarakan sebelumnya.

Ahok, sebelumnya pernah mengaku membulatkan tekad bahwa ia akan maju Pilkada DKI lewat jalur perseorangan. Pernyataan itu disampaikannya sehari setelah menghadiri haul almarhum Taufiq Kiemas di kediaman Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, hari Kamis (9/6) lalu.

Di kediaman Mega, Ahok mengaku sempat mendapat wejangan dari kakak sulung Mega, Guntur Soekarnoputra, yang memuji kelompok relawan pendukungnya, Teman Ahok.

"Kalau saya sih enggak mungkin ninggalin Teman Ahok ya. Sesuatu yang bisa kecewa berat," ujar Ahok.

Namun, setelah Teman Ahok sudah berhasil mengumpulkan satu juta KTP warga DKI yang mendukung Ahok, mantan politisi Golkar dan Gerindra itu justru memutuskan jalur parpol sebagai kendaraan politiknya.

Ahok pun berkelit, ia menyatakan apabila tidak ada parpol yang mendukungnya maka pasti ia akan maju bersama-sama dengan satu juta KTP Teman Ahok. “Kalau tidak ada partai yang dukung ya sudah, nyalon perseorangan berarti, tapi kalau partai dukung ya kita pakai parpol,” katanya.

Kali ini, ketika sudah mendapat dukungan parpol, Ahok justru mengatakan bahwa tonggak demokrasi negara ini adalah parpol. Dia tak ingin ‘membuang’ parpol. “Yang buat UU kan parpol, yang buat revisi kan parpol. Otomatis jika saya membuang parpol, maka saya sama saja dengan membuang negara,” ujar Ahok.

Dengan melaju bersama parpol, Ahok hanya ingin mewujudkan satu hal untuk dapat diteladani, yakni calon kepala daerah tidak harus memberikan uang kepada parpol agar bisa diusung.

“Calon kepala daerah harus bawa duit, saya kira enggak. Saya hanya pegawai biasa, masakan saya harus keluar duit lagi?,” katanya.

Warga Kecewa?

Dengan keputusannya tersebut, suara kekecewaan dari pendukungnya yang sudah mengumpulkan fotokopi KTP pun tak dapat dihindari. Sebagian besar berharap Ahok dapat melenggang menuju DKI 1 tanpa harus menggandeng partai politik.

“Kecewa (dengan keputusan Ahok) ada, apalagi saya juga beli kaosnya untuk nyumbang,” kata Bryna Halim, seorang ibu rumah tangga kepada satuharapan.com, hari Kamis (28/7).

Sebagai pendukung Ahok yang telah berpartisipasi mengumpulkan fotokopi KTP,  dia merasa dipermainkan dengan keputusan Ahok. Menurut dia, Ahok masih tidak percaya diri maju dari jalur perseorangan padahal didukung oleh warga DKI yang siap mengawal kinerjanya.

Meski demikian, Bryna tetap mendukung Ahok maju lagi sebagai Gubernur DKI Jakarta. Kinerjanya selama ini memperbaiki wajah Jakarta wajib diperhitungkan.

“Tetap (dukung) sih karena enggak bisa subyektif juga. Lihat dia dari sudut pandang result/obyektif. Banyak perubahan yang dia lakukan untuk Jakarta,” kata dia.

Meskipun ada yang kecewa dengan keputusan Ahok, ada pula yang tetap mendukung keputusan mantan Bupati Belitung Timur tersebut.

“Ya fine-fine (Ahok maju lewat parpol) saja. It’s okay,” kata Arnila Zebua (54) yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga ini.

“Kalau Tuhan mulai berkenan melalui jalur itu ya pasti yang terbaik. Kita berdoa saja buat dia.”

 

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home