Airbus PHK 3.700 Karyawan di Eropa
PRANCIS, SATUHARAPAN.COM - Perusahaan raksasa Airbus memangkas sekitar 3.700 pekerjaan di Eropa, karena akan mengurangi produksi pesawat superjumbo A380 dan pesawat transpor militer A400M yang bermasalah, kata pejabat perusahaan dan pejabat Serikat Pekerja, Rabu (7/3).
Pemangkasan itu terjadi karena kurang lakunya Airbus A380, jet penumpang terbesar di dunia. Jadwal produksi Airbus A380 menjadi hanya enam pesawat per tahun mulai 2020, dan delapan per tahun untuk A400M
Perusahaan itu mengatakan, pemangkasan itu "mencapai 3.700 pekerjaan" di Prancis, Jerman, Inggris dan Spanyol yang disebabkan karena penurunan produksi. Airbus tidak memerinci apakah lapangan pekerjaan itu dihilangkan atau dipindah ke tempat lain.
Namun Serikat pekerja terbesar yang mewakili pegawai Airbus, Force Ouvriere atau FO mengatakan, setelah bertemu dengan Eksekutif perusahaan, Airbus berencana untuk langsung menghapus 3.720 pekerjaan.
Pekerjaan yang bersifat sementara dan subkontraktor yang pertama dipangkas, tambahnya.
Pekerjaan yang akan dihapus itu mencakup 1.900 di Jerman, 850 di Spanyol dan 470 di Prancis. Inggris akan kehilangan 450 pekerjaan di pabriknya di Filton, Bristol yang membangun sayap untuk A400M, kata pejabat FO, Yvonnick Dreno.
Pada Januari, Airbus memperingatkan bahwa pihaknya harus menghentikan produksi A380 sama sekali, kecuali jika menerima pesanan baru.
Emirates Airlines, yang merupakan pelanggan terbesar untuk pesawat A380, telah memiliki 101 pesawat dan 41 masih dalam pesanan. Perusahaan ini berusaha membantu Airbus dengan kontrak senilai $16 miliar yang mencakup pembelian 36 pesawat lagi.
Pada 2007, Airbus memutuskan untuk memproduksi pesawat A380, dengan kapasitas 853 kursi. Ini merupakan strategi yang sebaliknya dari pesaingnya, Boeing yang memproduksi Dreamliner, pesawat yang lebih efisien, yang dapat digunakan baik untuk penerbangan jarak menengah maupun jarak jauh.
Namun pengoperasian pesawat A380 bermesin empat itu terbukti sulit, karena maskapai penerbangan harus mengoperasikan setiap penerbangan dengan kapasitas penuh agar mendapat keuntungan.
Program pembuatan Pesawat A400M juga bermasalah, termasuk penundaan penyerahan pesanan dan masalah teknis.
Meskipun begitu, Airbus mengatakan bulan lalu angka penyerahan pesawat baru mencatat rekor, selain itu divestasi telah memberinya lebih banyak dana tunai, serta nilai tukar mata uang meningkatkan keuntungan tahun lalu, meskipun Airbus menderita rugi senilai $ 1,6 miliar akibat permasalahan A400M. (VOA)
Editor : Melki Pangaribuan
Lebanon Usir Pulang 70 Perwira dan Tentara ke Suriah
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Lebanon mengusir sekitar 70 perwira dan tentara Suriah pada hari Sabtu (27/1...