Ajari Anak Belas Kasih, Setop Perundungan!
SATUHARAPAN.COM - Perundungan di sekolah terus terjadi. Beberapa minggu belakang saja terjadi perudungan di sebuah sekolah swasta. Lantas mengapa peristiwa perudungan ini terjadi lagi walau tak kurang upaya dan intervensi dilakukan oleh berbagai pihak untuk mencegah dan menghentikannya.
Perundungan adalah tindakan agresif yang dilakukan sengaja untuk menyakiti seseorang (Rahmatullah, 2023). Biasanya perundungan terjadi karena relasi kuasa yang tidak seimbang dari pihak yang merasa diri kuat kepada pihak yang dianggap lemah. Jika dibiarkan dan tidak ada perlawanan dari korban, ataupun pembelaan terhadap korban maka perundungan akan terus berulang dan akibatnya akan berdampak menyakiti dan hal-hal negatif kepada korbannya.
Stop Perundungan
Tindakan menghentikan perundungan harus dimulai dari dalam keluarga. Seorang anak berada dalam lingkaran ekologis terkecil yang mengitarinya yaitu ayah, ibu dan saudara-saudaranya. Juga termasuk keluarga besarnya. Bagaimana pola pengasuhan terhadap anak akan menentukan karakter anak tersebut.
Zero tolerance terhadap perundungan dimanapun karena sejatinya setiap anak, setiap manusia adalah berharga dan bermartabat. Harkat dan martabat manusia tidak boleh direndahkan, dihinakan, dilecehkan, dieksploitasi dan ditindas dengan tindakan kekerasan maupun ketidakadilan yang semena-mena. Anak yang melakukan perundungan, biasanya karena didalam rumahnya dalam pola pengasuhan orangtuanya tidak diajarkan system kendali diri dalam perilakunya. Akibatnya karena tidak ada kendali diri, maka mereka melakukan perilaku yang merendahkan orang lain untuk mendapatkan rasa kekuasaan dan kontrol dalam interaksi sosial mereka.
Anak yang biasa melihat pertengkaran dan keributan orang tua berpotensi menjadi pelaku perundungan. Kehidupan yang kosong jiwa dan kurang kasih sayang menyebabkan mereka berpotensi melakukan perundungan untuk mencari perhatian dari kedua orang tuanya. Demikian juga orang tua yang menerapkan pengasuhan permisif yaitu pengasuhan yang tanpa larangan dan tanpa rambu-rambu untuk menegakkan disiplin positif dirumah juga berpotensi menyebabkan anak melakukan perundungan.
Tindakan mencari kesenangan juga dilakukan para pelaku perundungan untuk mencari popularitas dan perhatian, dan sasarannya adalah mereka yang memiliki bentuk fisik, ras, agama yang tidak sama dengan mereka. Latar belakang para pembully juga kerap ditemukan karena mereka sebelumnya adalah korban dan akhirnya bermutasi jadi pelaku karena dijadikan ajang balas dendam untuk mencari kepuasaan atau menuntaskan luka batin yang belum sembuh.
Ajari Anak Belas Kasih
Mengajarkan anak belas kasih adalah sebuah keniscayaan. Beberapa survei membuktikan bahwa Indonesia sebenarnya memiliki modal sosial dan spiritualitas yang baik untuk mengajarkan anak tentang belas kasih kepada sesama. Beberapa modal sosial tersebut diantaranya adalah Indonesia dikenal sebagai negara yang dermawan dan negara yang paling agamis dan percaya Tuhan.
Berdasarkan World Giving Index (WGI) 2023. Adapun, CAF menggunakan sejumlah indikator untuk menentukan tingkat kedermawanan suatu negara. Beberapa di antaranya persentase menolong orang yang tidak dikenal, persentase jumlah donatur, dan kegiatan sukarelawan. Dari indikator ini bisa dilakukan program-program disekolah bagaimana belas kasih anak kepada sesamanya, kegiatan-kegiatan amal, charity dan bantuan untuk mengasah kepekaan sosial dan kepeduliaan kepada orang lain.
Pew Research Center lewat surveinya, “The Global God Divide” (2020) menemukan bahwa tingkat kereligiusan seseorang dipengaruhi oleh ekonomi, tingkat pendidikan, dan usia. Survei yang terbit 21 Juli lalu ini mewawancarai 38.426 orang di 34 negara. Hasilnya, rata-rata 45% penduduk dunia percaya seseorang mesti beriman kepada Tuhan untuk menjadi bermoral. Rata-rata 62% orang juga merasa Tuhan, agama, dan ibadah berperan penting di hidup mereka.
Menariknya, Indonesia berada di peringkat teratas atau merupakan negara paling religius. Sebanyak 96% responden Indonesia menganggap seseorang mesti beriman kepada Tuhan untuk dapat bermoral, dan 98% menganggap agama penting di hidup mereka. Jika demikian maka kegiatan keagamaan di keluarga, di sekolah dan tempat ibadah perlu juga diarahkan pada hubungan antara pemahaman keagamaan dengan sikap belas kasih, empati dan peduli kepada sesama.
Mengembangkan karakter yang memperhatikan orang lain, terutama sesamanya yang lemah. Semua pengembangan karakter ini harus dimasukkan dalam kurikulum sekolah yang terintegrasi dengan pengembangan kapasitas orang tua untuk mengasuh anak dengan cinta dan pengasuhan positif tanpa kekerasan. Orang tua, guru, tokoh agama dan semua orang dewasa serta semua pihak memberikan juga keteladanan nyata dalam perilaku belas kasih kepada orang lain.
Segala praktik baik perlu dijadikan sarana kampanye masif di sosial media dan juga mendorong advokasi kebijakan publik dalam mewujudkan lingkungan yang ramah anak, seperti Sekolah yang Ramah Anak, Rumah Ibadah Ramah Anak dan Kabupaten dan Kota Layak Anak. Dalam semua usaha tersebut kita berupaya menghentikan perundungan dan terus mengembangkan dan mengajari anak sikap dan sifat belas kasih kepada sesamanya.
Obituari: Mantan Rektor UKDW, Pdt. Em. Judowibowo Poerwowida...
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Mantan Rektor Universtias Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, Dr. Judowibow...