Akhir Zaman
Andai hidup kita berkualitas, akhir zaman mestinya tak perlu perlu menjadi soal.
SATUHARAPAN.COM – ”Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi, dan apakah tandanya, kalau semuanya itu akan sampai kepada kesudahannya.” (Mrk. 13:4). Demikianlah pertanyaan para murid kepada Sang Guru dari Nazaret.
Pertanyaan itu mewakili pertanyaan banyak orang di masa lalu, juga kini. Berkait akhir zaman, pertanyaan itu juga menyiratkan betapa manusia sering hanya berkutet soal waktu, juga tanda.
Untuk menjawabnya, seminar akhir zaman pun merebak di sana-sini. Para pembicara biasanya suka mengait-ngaitkannya dengan bencana. Hebatnya, seminar kayak begini laku keras. Mungkin, karena orang memang ingin mencari jawaban pasti atas rasa penasarannya.
Tak Siap
Kemungkinan lain, manusia—bisa jadi kita termasuk di dalamnya—jarang yang siap menyambut akhir zaman itu. Tentunya, dengan mengetahui waktu maupun tanda, mereka dapat bersiap diri.
Tak beda dengan hari perkawinan. Penetapan tanggal perkawinan akan menolong calon pengantin menyiapkan diri mereka. Semakin dekat harinya, persiapan pasti akan lebih intensif bukan?
Alasan praktis lainnya: tak sedikit orang merasa bahwa perkara-perkara rohani merupakan urusan para lansia. Dalam pandangan mereka: ”Mumpung masih muda, senang-senang dululah, bertobatnya nanti saja saat mendekati kubur.”
Apa pun alasannya, akhir zaman dianggap sebagai peristiwa mengerikan. Akhir zaman kerap hanya dipahami sebagai peristiwa di mana dunia seisinya akan binasa. Akhir zaman berarti kehancuran semesta.
Zaman Baru
Anehnya, kala para murid bertanya soal waktu dan tanda, Yesus tidak terlalu menggubrisnya. Soal tanda memang disebut, namun terlalu umum sifatnya. Yesus berkata, ”Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan. Akan terjadi gempa bumi di berbagai tempat, dan akan ada kelaparan.” (Mrk. 13:8).
Tanda-tanda itu sesungguhnya tidak dimaksudkan untuk mengecilkan hati para murid. Tidak sama sekali. Yesus menegaskan kepada para murid-Nya agar mereka tidak gelisah dan tawar hati karena semua hal itu karena zaman baru telah tiba.
Akhir zaman sejatinya merupakan permulaan zaman baru. Akhir zaman seharusnya disambut dengan penuh sukacita. Sekali lagi, karena semua kehancuran kosmik tadi merupakan permulaan zaman baru. Kitab Suci tidak bertujuan menakut-nakuti, tetapi memberikan penghiburan bagi setiap orang yang mendambakan masa depan yang lebih baik, yang mengharapkan adanya perubahan, serta mengharapkan adanya dunia baru—langit baru dan bumi baru.
Dan yang penting, bukanlah bagaimana dan kapan akhir zaman itu terjadi, tetapi bagaimanakah kualitas hidup kita? Andai hidup kita berkualitas, akhir zaman mestinya tak perlu menjadi soal.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Victor Wembanyama Buat Rekor Langka di NBA
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Victor Wembanyama kembali mencuri perhatian dunia basket dengan mencatatk...