Aksi Protes Setelah 15 Hari Kudeta di Myanmar
YANGON, SATUHARAPAN.COM-Protes rakyat yang menentang kudeta militer di Myanmar terus berlangsung. Meskipun militer membuat tekanan agar rakyat menghentikan protes, bahkan dengan melakukan penangkapan, akis menolak kediktaroran militer bahkan terus berkobar.
Pekan ini, penguasa militer akan mengadili pemimpin sipil Myanmar, Aung San Suu Kyi, atas tuduhan yang aneh: melanggar aturan impor karena ditemukan walkie talkie di rumahnya. Selain itu, junta militer mengajak rakyat untuk menghentikan protes dan bergabung dengan militer untuk membangun demokrasi di Mayanmar; ini juga dianggap lelucon oleh demonstran.
Militer juga mencoba menghentikan protes dengan alasan pembatasan akibat pandemi COVID-19, dan itu juga tidak menghentikan rakyat Myanmar untuk terus menolak kudeta. Mereka telah belajar karena berpuluh tahun merasakan pahitnya di bawah tekanan penguasa diktator militer.
Tekanan luar negeri, termasuk dari PBB, untuk membebaskan SUU Kyi, dan bahkan sejumlah negara meminta militer melepaskan kekuasaan, juga tidak menyurutkan militer melakukan tekanan. Situasi di Myanmar semakin tidak menentu.
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...