Aktivis Muslim Prancis Protes RUU Yang Targetkan Radikal Islamis
PARIS, SATUHARAPAN.COM-Aktivis menggelar unjuk rasa di Paris, hari Minggu (14/2), menuntut pemerintah Prancis membatalkan RUU yang bertujuan membersihkan ekstremisme Islamis yang menurut para pengunjuk rasa dapat menginjak-injak kebebasan beragama, dan membuat semua Muslim menjadi tersangka potensial.
Anggota parlemen Prancis mengadakan pemungutan suara kunci pada hari Selasa tentang rancangan undang-undang, yang diharapkan mendapat persetujuan di kedua majelis parlemen. Debat legislatif muncul di tengah kekhawatiran yang masih ada akan kekerasan ekstremis setelah seorang "radikal Islamis" memenggal kepala seorang guru sejarah dan serangan baru-baru ini.
Pemerintah pusat Presiden Emmanuel Macron berpendapat bahwa RUU tersebut diperlukan untuk melindungi nilai-nilai Prancis seperti kesetaraan jender dan sekularisme, dan untuk mencegah ide-ide radikal mengakar dan memicu kekerasan.
Tetapi mereka yang bergabung dalam protes hari Minggu mengatakan Prancis sudah memiliki alat hukum untuk melakukan ini, dan bahwa RUU tersebut menstigmatisasi agama kedua di negara itu meskipun mayoritas Muslim Prancis tidak mendukung pandangan ekstremis.
Beberapa menggambarkannya sebagai taktik politik Macron untuk memenangkan pemilih konservatif dan sayap kanan menjelang pemilihan presiden tahun depan.
“Tidak ada gunanya menyerang seluruh komunitas karena satu orang melakukan tindakan yang mengerikan,” kata Zeyneb Bouabidi, seorang perempuan dari Conflans-Saint-Honorine di pinggiran Paris, tempat guru Samuel Paty dipenggal pada bulan Oktober setelah menunjukkan karikatur Nabi Muhammad di kelasnya. Dia menggunakan karikatur itu yang menerbitkan di koran satir “Charlie Hebdo” untuk diskusi tentang kebebasan berekspresi.
Bouabidi menggambarkan menghadapi diskriminasi sesekali di universitas dan dalam pekerjaannya, karena namanya yang berbau Arab, dan ketakutan hukum seperti ini dapat memperburuk keadaan. “Mereka membuat komentar seperti 'kembali ke negaramu.' Tapi saya di negara saya! Saya lahir di Prancis,” katanya.
Sebuah kelompok Muslim, anti-rasisme, sayap kiri, pro Palestina dan kelompok aktivis lainnya mengorganisir unjuk rasa pada hari Minggu di dekat Trocadero Plaza, di seberang Menara Eiffel untuk menyerukan agar RUU tersebut dibatalkan. Sekitar 150 orang mengambil bagian dalam protes damai, termasuk Muslim dan non Muslim.
Pemerintah bersikeras bahwa RUU tersebut tidak menargetkan Muslim. Ini berupaya menghentikan praktik penerbitan sertifikat keperawanan, praktik poligami dan kawin paksa. Itu akan menindak ajaran fundamentalis dengan mewajibkan semua anak berusia tiga tahun ke atas untuk bersekolah, dan memperketat aturan tentang pendanaan dan fungsi masjid dan asosiasi keagamaan.
Agama lain, dari Budha hingga Katolik Roma, mengatakan mereka juga bisa terkena dampak dari RUU tersebut. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...