Aktivis Perempuan Irak, Reham Yacoub, Dibunuh di Basra
Media pemerintah Iran tuduh dia bekerja untuk kepentingan Amerika Serikat.
BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM-Aktivis terkemuka Irak, Reham Yacoub, tewas dan tiga orang terluka pada hari Rabu (219/8) ketika orang-orang bersenjata melepaskan tembakan ke mobilnya di Basra. Hal itu meningkatkan kekhawatiran banyak orang tentang serangan kekerasan yang menargetkan pengunjuk rasa anti pemerintah terkemuka.
Penembakan yang terjadi di Jalan Al Tijari di pusat kota Irak selatan itu adalah serangan ketiga oleh orang-orang bersenjata terhadap aktivis anti pemerintah pekan ini. Aktivis lain tewas pada serangan Jumat pekan lalu, memicu protes baru di kota itu, dan empat orang lainnya ditembaki di mobil mereka dalam insiden terpisah dalam beberapa hari terakhir.
Yacoub, 29 tahun, yang mengemudikan kendaraan tersebut, tewas seketika sementara tiga penumpang lainnya luka-luka. Reuters mengutip sumber keamanan yang mengatakan bahwa tersangka mengendarai sepeda motor dan menggunakan senapan serbu dalam pembunuhan itu.
Dia seorang dokter dan aktivis yang turun ke jalan ketika protes meletus di seluruh Irak pada musim panas 2018. Dia bergabung dengan orang di negara itu menuntut lapangan kerja bagi kaum muda, infrastruktur yang lebih baik, dan akses ke listrik dan air bersih.
Pada 2018, Yacoub mengatakan kepada surat kabar yang berbasis di Inggris, The Arab Weekly, bahwa dia telah menerima ancaman dari milisi setelah dia difoto di konsulat Amerika Serikat di Basra.
Iran Tuduh Bekerja untuk AS
Kantor berita negara Iran, Mehr, menuduh aktivis Irak yang terbunuh, Dr. Reham Yacoub, bekerja untuk Amerika Serikat dan melawan kepentingan Iran di Irak. Sebuah artikel oleh kantor berita Iran, Mehr, dari September 2018 menuduh aktivis yang dibunuh itu bekerja sama dengan konsulat AS di Basra dan memberi perempuan di kota itu "pelatihan terkait kerusuhan."
“Dengan kedok olahraga dan joging, (Yacoub) memberikan pelatihan terkait kerusuhan kepada perempuan (Basra), sehingga mereka dapat menjadi elemen penting dalam demonstrasi di masa depan,” kata artikel itu. Yacoub sendiri menerima "pelatihan" dari para diplomat AS, kata artikel itu.
Artikel tersebut mengklaim konsulat AS merekrut Yacoub dan aktivis yang berbasis di Basra lainnya pada 2017-2018 untuk memajukan kepentingan AS di Irak.
Artikel tersebut menyimpulkan bahwa Yacoub dan aktivis lainnya di Basra adalah bagian dari plot AS untuk merusak hubungan antara Baghdad dan Teheran dan untuk "menghancurkan citra" milisi yang didukung Iran di Irak dan wilayah tersebut.
Yacoub adalah satu dari empat aktivis yang menjadi sasaran dan dibunuh di Basra pada Rabu (19/8) malam sementara seorang aktivis lainnya dibunuh di Baghdad, menurut koresponden Al Arabiya di ibu kota Irak.
Pembunuhan Yacoub terjadi sebulan setelah peneliti keamanan dan ekstremisme Irak, Hisham al-Hashemi, yang ditembak mati di dekat rumahnya di Baghdad.
Editor : Sabar Subekti
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...