Aku Mau Hidup Seribu Tahun Lagi
Menulislah hingga dunia di sekitarmu berubah karena torehan penamu.
SATUHARAPAN.COM – Peringatan Hari Buku Nasional yang jatuh setiap tanggal 17 Mei baru saja berlalu. Namun, ada satu yang membekas dalam pikiran saya, yaitu pernyataan dari Muhammad Quraish Shihab: ”Kalau mau hidup lebih panjang dari ajal, maka membaca dan menulislah.” Pernyataan ini semakin menguatkan hati saya untuk terus membaca dan tidak pernah berhenti menulis.
Masa hidup manusia tidaklah panjang. Jika bisa sampai tujuh puluh tahun dan dalam kondisi sehat, maka itu merupakan suatu anugerah luar biasa. Namun, kita dapat hidup jauh lebih lama lagi bahkan hingga seribu tahun jika kita mau menulis.
Telah cukup lama saya menyadari betapa pentingnya untuk terus membaca dan menuangkan melalui goresan pena semua isi dalam pikiran saya. Entah itu gagasan, keluhan, harapan, hasil perenungan pribadi, dan kesusahan hati saya. Membaca membuat saya semakin banyak tahu dan memahami tentang suatu hal dan menulis melegakan saya karena dapat menyalurkan apa yang ada di kepala ini. Seperti membuka keran dari bak air yang telah tertampung lama.
Satu hal yang saya pahami dari pernyataan Quraish Shihab adalah bahwa dengan menulis maka secara tidak langsung kita sedang menghidupkan hati dan pemikiran kita ke dalam diri orang lain yang membacanya sekalipun raga kita telah mati.
Bisa dibayangkan, berbagai tulisan di masa lalu telah merasuki begitu banyak orang hari ini, bahkan menjadi forndasi berdirinya sebuah bangsa. Begitupun juga yang akan terjadi dengan apa yang kita goreskan hari ini, akan menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi kehidupan hari ini, hari esok, hingga masa seribu tahun lagi.
Menulis itu ibarat menabur benih. Benih itu bisa baik, bisa juga buruk. Tanahnya adalah setiap para pembaca. Tanah itu juga bisa berupa tanah subur, bisa juga tandus dan kering. Benih yang baik bila ditaburkan di tanah yang subur akan tumbuh menjadi pohon yang baik dan menghasilkan buah yang baik sehingga orang lain dapat menikmati buahnya dengan sukacita. Benih yang baik ditabur di tanah yang tandus dan kering tidak akan bertumbuh dengan baik, bahkan mungkin tidak akan bertumbuh sama sekali. Benih yang buruk ditabur pada tanah yang subur akan menghasilkan pohon berduri atau semak belukar yang lebat yang dapat menggoreskan luka pada setiap orang yang menyentuhnya.
Semua bergantung kepada kita. Jika yang kita tabur benih yang baik, maka kita dapat melihat kehidupan seribu tahun lagi. Namun, jika yang kita tabur adalah benih yang buruk, maka kematianlah yang akan kita saksikan sepanjang seribu tahun pada generasi selanjutnya.
Oleh karena itu, taburlah benih yang baik. Tulislah hal-hal yang baik, yang membangun, yang menginspirasi, yang membangkitkan semangat dan gairah, yang mendatangkan kedamaian dan sukacita, yang mampu memberikan harapan kepada dunia ini. Menaburlah dan engkau akan hidup seribu tahun lagi.
Menulislah hingga dunia di sekitarmu berubah karena torehan penamu. Taburlah benih yang baik, sekalipun tanah disekitarmu tandus.
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...