Loading...
RELIGI
Penulis: Francisca Christy Rosana 17:09 WIB | Jumat, 25 September 2015

Albertus Patty: Manusia Fokus Surga-Neraka, Bumi Dilupakan

Pdt Albertus Patty, Ketua IV Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI). (Foto: Francisca Christy Rosana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Krisis lingkungan hidup melanda dunia. Kebakaran hutan, suhu ekstrem, bencana alam, dan kepelikan lain menjadi tanda bahwa manusia tengah lepas tangan terhadap kerusakan yang terjadi.

Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) bersama tokoh lintas agama, PBNU, Majelis Tinggi Agama Khong Hu Cu Indonesia (Matakin), Pemimpin KWI, Pemimpin Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Pemimpin Muhammadiyah, WALUBI, dan PGI bersatu menggelar doa untuk Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berlangsung 25 September 2015 di New York, Amerika Serikat.

Melalui darasan doa yang dilantunkan bersama puluhan lilin yang dinyalakan bersama, sejumlah kelompok agama ini mendoakan para pemimpin negara agar dapat mengambil keputusan yang tak menyengsarakan bumi. Ketua PGI, Albertus Patty berujar, manusia di seluruh dunia tengah diingatkan kembali terhadap persoalan yang dihadapi oleh dunia.

“Kita diingatkan kembali tentang begitu banyak persoalan yang dihadapi di dunia, baik persoalan lingkungan hidup, persoalan peperangan, pengungsi, ketidakadilan, dan persoalan lain. Titik ini membuat manusia harus bertobat dari keserakahan, ketamakan, ketidakmanusiaan,” ujarnya kepada satuharapan.com, Kamis (24/9) malam.

Manusia pun digambarkan sedang membunuh dirinya sendiri. Sebab, ujar Patty, manusia mengklaim diri menjadi makhluk yang paling beradab, namun justru dengan keserakahannya menguasai bumi membuktikan bahwa sejatinya manusia lah makhluk yang biadab.

“Orang mungkin tidak membunuh sesamanya dengan langsung, tetapi dengan cara yang lebih canggih,” kata Patty.

Rupa bumi yang semakin memprihatinkan mendorong manusia untuk bertobat dari keserakahan dan kemunafikannya.

“Kemunafikan ketika agama itu cuma sekadar simbol dan sekadar ritual, tetapi ternayata dia tidak bicara tentang lingkungan hidup, tentang kemanusiaan, dia diam ketika ada pengungsi bahkan dia menjadi bagian dari problem itu sendiri,” Patty bertutur.

Pendeta GKI Maulana Yusuf ini menilai manusia, terutama agama-agama tak terlalu serius dengan keadaan dunia. Kebanyakan manusia beragama hanya fokus pada urusan pribadinya dengan surga dan neraka. Tak lebih dari itu, manusia juga hanya dokus mencari kesalahan orang lain.

“Dunia ini adalah dunia yang sakit oleh karena manusia yang sakit. Kita tidak punya pilihan lain kecuali saling menyembuhkan,” kata dia.

Dunia 5 Menit Lagi Gelap

Sekretaris Umum (Sekum) PGI, Gomar Gultom sebelumnya telah mengatakan bahwa dunia lima menit lagi akan gelap. Senada dengan Gomar, Patty memandang ungkapan ini merupakan pertanda bahwa dunia semakin hancur. Gelap menyimbolkan situasi atau keadaan yang tak berpengharapan. Bila bumi gelap, itu artinya manusia tak lagi memiliki harapan untuk menciptakan keadaan yang damai.

“Ini saatnya kita nyalakan lilin kecil. Lakukan sesuatu dari yang kecil-kecil. Entah mulai dengan menanam, kurangi penggunaan AC ,atau ingatkan para kapitalis itu supaya jangan membakar hutan. Karena membakar hutan adalah membakar bumi. Kita semua akan mati dalam kepanasan yang luar biasa. Kita mengalami kegelapan bersama,” katanya. 

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home