Ali Imron Ditolak Bersalaman dengan Kolega Korban Bom Bali
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Salah satu pelaku bom Bali 2012, terpidana Ali Imron ditolak berjabat tangan oleh kolega korban bom Bali, Jan Laczynski saat bertemu di lembaga permasyarakatan di Jakarta.
Ali Imron, satu-satunya pelaku bom bali yang masih hidup, bertemu dengan keluarga dan sahabat korban bom Bali, di antaranya Nyoman Rencini yang kehilangan suaminya, dan Jan Laczynski yang kehilangan lima sahabatnya, serta Ni Luh Erniati yang juga kehilangan suaminya.
Ketika Ali Imron memasuki ruangan, dia menawarkan untuk berjabat tangan, namun jan Laczynski menolaknya.
Belakangan Jan mengatakan, "Tidak terima kasih, saya tidak akan berjabat tangan dengan seseorang yang telah membunuh lima orang sahabat saya dan 88 warga Australia.”
Dalam pertemuan itu, Jan Laczynski bertanya kepada Ali, "Mengapa Anda mau mengendarai kendaraan berisi bahan peledak itu? Apakah kamu bisa tidur nyenyak di malam hari?”
Ali Imron terhindar dari hukuman mati dan dihukum penjara seumur hidup setelah mengaku bersalah dan menyatakan penyesalan dan bersedia bekerja sama dengan polisi.
Dia sekarang menjalani program de-radikalisasi dan mengubah pikirannya yang sebelumnya ia pahami sebagai jihad.
Namun, terungkap dalam pertemuan tersebut, kalau Ali Imron masih menerima undangan untuk melaksanakan pemboman lagi di Bali dan bisa menemukan bom meskipun dirinya ada di dalam rumah tahanan.
"Saya tidak bersyukur dengan peristiwa bom di Bali," katanya.
"Saya bersyukur bahwa saya salah satu pelaku yang menyadari kalau itu perbuatan salah dan bertobat. Saya telah menyatakan meminta maaf kepada semua orang, terutama korban dan keluarganya,” kata Ali Imron.
"Sejak itu saya tidak pernah lagi membunuh orang. Saya bukan monster,” katanya.
Dalam program acara yang ditayangkan di TV SBS Australia Ali Imron mengatakan dia hanya mematuhi perintah pemimpinnya.
"Saya hanya menjalankan perintah dari senior saya di Jemaah Islamiyah (JI) dan kakak saya Mukhlas,” kata Ali Imron.
Menurutnya, jika dia tidak menyelesaikan perintah itu maka dia akan dikeluarkan dari JI dan dianggap sebagai pengkhianat.
Pada 12 Oktober 2012, dua buah bom meledak di Jalan Legian, Kuta, dan menewaskan 202 orang.
Satu bom diledakan di dalam Puddy’s Club oleh pelaku bom bunuh diri dan satu bom lainnya diledakkan oleh pembom bunuh diri di dalam van di tempat parkir di luar Sari Club.
Tiga orang terpidana pelaku pemboman telah dieksekusi mati pada tahun 2008 sementara yang lainnya masih menjalani masa hukuman mereka di penjara.
Sementara itu, Psikolog dari Universitas Queensland, Profesor Justin Kenardy mengatakan dampaknya sangat banyak tergantung apakah orang tersebut sudah memiliki kapasitas untuk mengatasi emosi.
"Jika seseorang benar-benar tertekan saya pikir ini adalah tindakan yang akan menjadi kontra-produktif," katanya.
"Pertemuan ini akan semakin menegaskan seluruh pikiran menakutkan dan membingungkan yang selama ini mereka berusaha atasi. Tapi dalam beberapa hal pertemuan ini bisa menjadi proses yang positif dan bermanfaat,” katanya.
"Jika seseorang merasa didukung dan relatif tahan atau berada dalam lingkungan yang dapat mendorong pemulihan trauma mereka dan mampu beradaptasi, maka pertemuan semacam ini akan menjadi sesuatu yang berguna," kata Prof. Kenardy. (australiaplus.com)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Jenderal Rusia Terbunuh oleh Ledakan di Moskow, Diduga Dilak...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada hari Rabu (18/12) bahwa Rusia ...