Amerika Serikat Sebut Hizbullah Rusak Sistem Perbankan Lebanon
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Hezbollah bekerja untuk menghancurkan sistem perbankan Lebanon sambil melakukan pencucian uang dan kegiatan perdagangan narkoba, kata seorang pejabat senior Amerika Serikat, hari Selasa (23/6).
"Apa yang dilakukan Hizbullah adalah ancaman total bagi Lebanon... ketika Lebanon tidak mampu mengatasi krisis lain, selain krisis keuangan" yang saat ini sedang terjadi, kata Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Timur Dekat, David Schenker.
Schenker, berbicara kepada situs web Lebanon Al-Hadeel dikutip Al Arabiya mengatakan bahwa sejumlah sanksi baru akan diumumkan untuk menargetkan Hizbullah dan sekutunya. "Ya, akan ada sanksi... terkait memerangi kegiatan Hizbullah," kata diplomat AS itu.
Dia mencatat bahwa sanksi ini mungkin jatuh di bawah Global Magnitsky Act, sebuah undang-undang AS yang dimaksudkan untuk menjatuhkan sanksi bagi mereka yang mengambil bagian dalam korupsi atau pelanggaran hak asasi manusia.
Hizbullah telah lama dituduh pencucian uang dengan menggunakan berbagai metode, termasuk perdagangan narkoba. Juga diyakini secara luas bahwa kelompok yang didukung Iran itu menggunakan Pelabuhan Beirut untuk rute menyelundupkan masuk dan keluar Lebanon.
Ganjalan Hizbullah
Tentang hubungan antara Washington dan pemerintah Lebanon saat ini, yang terdiri dari Hizbullah dan sekutunya, Schenker mengatakan perlu membuat keputusan yang sulit dan melaksanakan reformasi untuk membuka kunci bantuan dari komunitas internasional. Namun dia mengatakan Hizbullah tidak mencari reformasi, dan (organisasi) itu "hidup dari korupsi."
Pemerintahan Perdana Menteri Hassan Diab telah berkuasa selama lebih dari 100 hari. Namun, masih belum melaksanakan reformasi yang diminta dari komunitas internasional dan Dana Moneter Internasional (IMF), yang sedang dalam pembicaraan dengan Lebanon.
Pekan lalu Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hasan Nasrallah, menyerukan Lebanon untuk mencari bantuan ke China dan Iran setelah ia menuduh Washington mencegah dolar AS masuk pasar Lebanon.
Schenker memperingatkan agar tidak jatuh ke dalam "jebakan" ini, mengutip kurangnya bantuan Iran dan China untuk Lebanon selama pandemi virus corona terbaru. Dia juga membantah tuduhan Nasrallah bahwa AS tidak mengizinkan dolar AS masuk ke Lebanon.
Menurut Schenker, salah satu alasan utama krisis ekonomi dan keuangan saat ini di Lebanon adalah penyelundupan dolar oleh Hizbullah ke Suriah dan penggelapan pajak oleh Hizbollah.
Adapun China, Schenker mencatat Sri Lanka, pada 2017, dan ketidakmampuannya untuk membayar utangnya ke China. Seperti yang dikatakan Schenker, Beijing memaksa Sri Lanka untuk menyerahkan sewa pelabuhannya selama 99 tahun.
Namun demikian, Schenker mengatakan Washington akan terus memberikan bantuan kepada Tentara Lebanon, yang hampir bergantung sepenuhnya pada bantuan Amerika.
Editor : Sabar Subekti
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...