Anak-anak dan Ilmuwan Bersama Mempelajari Alam di AS
LOS ANGELES, SATUHARAPAN.COM – Ilmuwan dan anak-anak mempelajari alam bersama-sama di 16 kota di Amerika. Mereka menghabiskan waktu selama beberapa bulan ini untuk mendokumentasikan keragaman spesies tumbuhan dan hewan di wilayahnya, dan memahami tantangan yang dihadapi spesies tersebut.
The City Nature Challenge, yang diadakan pada 14-18 April, adalah sebuah kompetisi yang dimulai tahun lalu oleh Natural History Museum of Los Angeles County dan San Francisco's California Academy of Sciences. Tahun ini, lembaga ini melibatkan institusi di seluruh Amerika Serikat. Tantangannya adalah untuk melihat kota mana yang bisa mendokumentasikan sebagian besar spesies. Hasilnya diumumkan Sabtu (22/4), yaitu pada Hari Bumi.
"Tahun lalu, itu San Francisco melawan Los Angeles," kata Lila Higgins, manager of citizen science pada Natural History Museum of Los Angeles County, yang dilansir voanews.com.
"Tahun ini Los Angeles melawan San Francisco dan New York dan Chicago dan Seattle dan banyak kota lainnya."
Para ilmuwan muda tersebut, mengambil foto dan mencatat pengamatan di ponsel mereka, mengunggah data melalui aplikasi ponsel yang disebut iNaturalist.
Frank Az, (9) dari Sekolah Dasar Esperanza di Los Angeles mengatakan, bahwa dia suka mengamati alam, "menemukan berbagai jenis burung dan serangga." Dia selalu berada di luar museum dengan teropong dan kamera ponsel, bersama dengan siswa lainnya.
Temannya, Andrea Garcia, sangat gembira saat dia menemukan "dua burung merpati di sarangnya" dan juga "semut, lebah dan burung finch."
Anak-anak tersebut bekerja dengan beberapa ilmuwan dewasa, yang memantau spesies di wilayah mereka, termasuk Greg Pauly, spesialis amfibi dan reptil di Natural History Museum. Pauly mengatakan bahwa Los Angeles adalah salah satu dari 35 titik lebur biodiversitas teratas dunia, namun kompleks perkotaan yang luas menjadi "ancaman besar terhadap keanekaragaman hayati tersebut."
Anak-anak mendokumentasikan penampakan serangga, bunga dan burung bersama guru mereka. Hal itu mereka lakukan secara teratur di sekolah. Brad Rumble Kepala Sekolah Dasar Esperanza di Los Angeles mengatakan bahwa migrasi satu spesies burung telah menarik minat anak-anak.
"Setiap tahun, kami melakukan kontes untuk memprediksi kapan burung warbler kuning pertama tiba di kampus," katanya. Para siswa memberi suara, dan mereka dapat menebak tanggal burung kecil itu tiba di Natural History Museum dengan benar.
"Burung kecil itu," kata Rumble, "membawa begitu banyak keajaiban tentang jangkauan geografi dan cuaca, dan mengapa pohon itu seperti pohon ini? Pertanyaan-pertanyaan ini terbentuk di benak siswa, dan mengapa burung itu berhenti dan tidak melakukan perjalanan.”
“Anak-anak banyak mendapat pelajaran,” kata kepala museum Lori Bettison-Varga.
"Kami adalah bagian dari lingkungan ini, dan mereka adalah bagian dari lingkungan tanaman, hewan, makhluk hidup yang tinggal di sini," katanya, "jadi ini benar-benar membantu kita untuk memahami bagaimana meningkatkan kesehatan lingkungan kita."
Dan kompetisi tahunan ini, katanya, membuat orang dari segala usia berkecimpung dalam sains.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...