Anak-anak Muda Berjilbab Ikut Ibadah di Gereja di Gresik
GRESIK, SATUHARAPAN.COM - Pemandangan unik tampak dalam foto yang diabadikan dalam sebuah gereja di Gresik.
Sejumlah perempuan muda berjilbab dan pria berkopiah turut ambil bagian dalam ibadah yang diselenggarakan di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Gresik. Mereka bahkan bertugas sebagai pengumpul persembahan (kolektan).
Jangan salah paham. Ini bukan acara Kristenisasi apalagi pemaksaan suatu ajaran agama kepada pemeluk agama lain. Justru sebaliknya. Ini merupakan proses untuk saling belajar, berbagi cerita, berdialog, bekerjasama, mengelola perbedaan, berkampanye, dan menuliskan pengalaman perjumpaan dalam perbedaan agama, dengan bingkai semangat kebersamaan dan persaudaraan.
Mereka adalah sebagian dari peserta Peace Train Indonesia II, yaitu program traveling lintas agama dengan menggunakan kereta api, menuju ke satu kota yang telah ditentukan. Kali ini tujuannya adalah Surabaya, Sidorjo dan Gresik, Jawa Timur.
Peserta Peace Train II saat mengunjungi Masjid Muhammad Cheng Ho, Surabaya. (Foto: Jeto San)
Di kota-kota ini peserta mengunjungi komunitas agama-agama, komunitas penggerak perdamaian, rumah-rumah ibadah, dan tokoh-tokoh yang dianggap sebagai aktor penting toleransi dan perdamaian antar agama.
Siaran pers Serikat Jurnalis Untuk Keberagaman (Sejuk) yang menyertakan foto saat anak-anak muda tersebut beribadah di GKI Gresik, Minggu 5 November 2017, menjelaskan gambar tersebut sebagai "wajah-wajah khidmat peserta Peace Train 2, kalangan milenial lintas-iman dari berbagai wilayah Indonesia yang menaiki kereta Jakarta-Surabaya, tengah bergumul dalam jiwa yang dipenuhi kasih dan damai."
Ayat Alkitab yang dikutip dari ibadah itu adalah yang berkata, "Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Lukas 18:14)
"Ibadah pagi di GKI Gresik. Karena semua rumah ibadah adalah Rumah Tuhan. Bersama peserta Peace Train Indonesia mengikuti ibadah pagi di GKI Gresik. Bagi sebagian peserta ini merupakan pengalaman pertama sekaligus sebagai spiritual journey yang semoga memberikan pencerahan," demikian Ahmad Nurcholish, salah seorang pengagas acara ini, lewat akun FB-nya hari ini (05/11).
Pusat Informasi Dakwah Islam Ahmadiyah di Surabaya yang juga dikunjungi oleh peserta Peace Train II (Foto: Jeto San)
“Program ini memiliki dua tujuan utama, yakni menciptakan jembatan penghubung antar pemuda dari berbagai agama di satu kota dengan para pemuda lintas agama di kota tujuan. Kedua, menciptakan ruang perjumpaan antar pemuda dari berbagai agama tersebut dengan beragam komunitas agama, komunitas penggerak toleransi dan perdamaian serta komunitas rumah-rumah ibadah dari berbagai agama,” kata Ahmad Nurcholish, dalam siaran pers Sejuk (03/11).
“Perjumpaan tersebut penting agar generasi muda kita dapat saling mengenal, terutama terhadap pelbagai keragaman agama serta keunikan dan kekhasan di dalamnya sehingga memungkinkan mereka untuk saling memahami, menghargai dan menghormati yang pada tahap selanjutnya dapat saling bekerjasama mewujudkan perdamaian," kata Nurcholish, yang juga penulis buku “Merajut Damai dalam Kebinekaan” ini.
Program ini merupakan yang kedua kali, setelah Peace Train Indonesia I dianggap sukses. Pada 15-17 September lalu, Peace Train I menempuh perjalanan Jakarta- Semarang. Sedangkan Peace Train II ini menempuh perjalanan Jakarta-Surabaya pada 3-5 November.
Peserta Peace Train II saat berkunjung ke Pura Segara, Surabaya (Foto: Jeto San)
Peace Train II diikuti oleh 20 peserta dari berbagai agama yang berasal dari Medan, Riau, Jabodetabek, Salatiga, Cirebon, Rembang, Makassar, Banjarmasin, Papua, Sidoarjo, Lamongan, Surabaya dan Malang. Ke-20 peserta tersebut ditemani oleh 5 orang fasilitator, yakni Ahmad Nurcholish, Anik HT, Frangky Tampubolon, Destya Mawriz, dan Johan Edward yang merupakan penggagas dari program ini.
Program ini diorientasikan untuk menjadi program regular - yang rencananya akan dihelat setiap bulan dengan tujuan kota yang berbeda-beda – agar dapat mengeksplorasi sebanyak mungkin kota di Indonesia yang bisa dijangkau melalui moda kereta api, dan melibatkan sebanyak mungkin komunitas muda lintas agama.
Sebelum mengunjungi GKI Gresik, para peserta sudah terlebih dulu ke Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya sehari sebelumnya. Mereka juga telah berkunjung Masjid Khuddamul Ahmadiyah Indonesia Surabaya,selain ke Pura Segara, Surabaya, dan Sanggar Sapta Dharma, Surabaya. Destinasi terakhir Peace Train II adalah GP Ansor & Forum Kebangsaan Jatim.
Editor : Eben E. Siadari
Dibangun Oleh Korban Penganiayaan, Bethlehem, Kota Natal AS ...
BETHLEHEM-PENNSYLVANIA, SATUHARAPAN.COM-Pada Malam Natal tahun 1741, para pemukim Moravia menamai ko...