Anak Butuh Metode "Blended Learning" Saat Pandemi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi pendidikan, Laksmi Mayesti mengatakan metode pembelajaran blended learning merupakan pilihan edukasi terbaik bagi anak-anak pada saat ini, karena sesuai dengan kebutuhan anak.
“Metode pembelajaran blended learning bukan berarti siswa hanya belajar secara dalam jaringan (daring) atau online saja, tetapi menggabungkan pembelajaran daring dan tatap muka,” ujar Laksimi di Jakarta, Senin (19/7).
Dia menambahkan saat ini banyak pembelajaran yang menggunakan teknologi sebagai media ajar, tetapi tidak banyak yang mengintegrasikan antara teknologi dengan pedagogi atau metode ajar yang baik.
Laksmi yang juga Kepala Sekolah Murid Merdeka (SMM) itu menambahkan pihaknya selalu berupaya agar siswa dapat mengembangkan kreativitasnya serta dapat terbuka, baik pada guru dan teman-temannya.
“Interaksi yang terbuka merupakan keuntungan bagi orang tua, sebab mereka bisa mengetahui perkembangan anaknya dengan terlibat secara langsung tanpa harus merasa terbebani, karena seolah-olah sistem pembelajaran daring cenderung hanya memberatkan orang tua dan anak-anak,” tambah dia.
Pembelajaran dengan metode blended learning juga menguntungkan peserta didik dan orang tua baik dari segi kualitas dengan kurikulum pendidikan terbaik, akses pembelajaran yang fleksibel berkat pemanfaatan teknologi informasi, dan biaya yang terjangkau untuk seluruh anak Indonesia.
Hingga saat ini, lanjut Laksmi, siswa SMM tersebar mulai dari Aceh hingga Papua. Agar akses untuk masyarakat semakin luas, pada tahun ajar 2021 SMM menginisiasi pembukaan lokasi pembelajaran luar jaringan di delapan kota, yaitu Jakarta Selatan, Tangerang Selatan, Depok, Bogor, Bekasi, Bandung, Semarang, dan Surabaya.
"Kami membuka periode pendaftaran sampai 21 Juli untuk semua tingkatan, mulai dari PAUD hingga SMA (kelas 12). Namun, masyarakat tetap bisa mengikuti pendaftaran dan ikut kelas setelah tanggal 21 Juli," kata Laksmi.
Seorang wali murid, Mella mengatakan blended learning dan fleksibilitas yang diterapkan sekolah cukup membantu anaknya dalam mengembangkan hobi anaknya, yaitu coding.
“Anak-anak bukan robot yang harus menyerap semua pelajaran yang belum tentu dapat diserap dan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Bagi saya, sekolah harus menyesuaikan kebutuhan anak, pengetahuan anak. Tapi, harus sesuai usia, kompetensi, dan manfaatnya,” kata Mella.
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...