Analisa Peta Politik 2014: PDIP dan Golkar Berpeluang Menang Pemilu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) menggelar diskusi bertajuk Landscape Politik Indonesia: Jokowi versus Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) di kantor SSS, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Kamis (12/12). Tahun politik 2013 tidak hanya bagi partai politik dan calon presiden (Capres) tapi juga ditandai munculnya survei dari berbagai lembaga yang memotret elektabilitas partai politik dan kandidat capres. Hal ini yang membuat SSS menggelar evaluasi menjelang penutupan tahun 2013 dengan melihat landscape peta politik di tahun 2014 mendatang.
Dengan metode meta analisis terhadap hasil survei yang dirilis dari berbagai lembaga selama 2013 setidaknya ada dua hal yang menjadi pokok pembahasan dalam diskusi yang digelar pertama mengenai konfigurasi partai politik 2014 yang berpeluang besar memenangi pemilihan umum (Pemilu) 2014 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) atau partai Golongan Karya (Golkar). Diikuti posisi ketiga dan keempat adalah partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan Partai Demokrat yang akan saling berebut. Sedangkan posisi untuk partai Islam (baik asas maupun basis massa Islam) kemungkinan akan menempati posisi bawah.
Dengan sistem parliamentary threshold sebesar 3,5 persen, partai-partai yang nantinya berpeluang masuk ke Senayan di antaranya PDIP, Golkar, Gerindra, Demokrat, PKB, PAN, dan PPP, sementara partai yang nantinya tidak akan lolos ke Senayan di antaranya partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) dan Partai Bulan Bintang (PBB).
Kedua konfigurasi capres 2014 dalam hal ini sosok Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) memiliki peluang paling besar menjadi presiden 2014. Jokowi sosok yang memiliki tingkat elektabilitas tertinggi; melebihi figur Prabowo Subianto, Aburizal Bakri, Megawati Soekarnoputri, dan Wiranto.
Jika Jokowi tidak mencalonkan diri pada pemilihan presiden (Pilpres) 2014, ini akan menguntungkan bagi Prabowo Subianto. Sementara untuk para peserta konvensi partai Demokrat belum masuk dalam lima besar sebagai kandidat terkuat capres.
Saat ini ada wacana tentang pemilu serentak dan penghapusan presidential threshold. Beberapa kalangan sudah mengajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi (MK) dan jika hal tersebut dikabulkan maka kemungkinan kontestan bisa berubah.
Melihat dua konfigurasi diatas kajian SSS yang dipaparkan oleh Y. Ari Nurcahyo, Muhamad Dahlan, dan Ridho Imawan Hanafi menengarai berbagai peluang, yang bisa direbut oleh partai politik dan kandidat presiden pada pemilihan calon legislatif (Pileg) dan Pilpres 2014. Bagi PDIP jika memajukan Jokowi sebagai capres sebelum Pileg, maka perolehan angka suaranya akan optimal setidaknya bisa diatas 20 persen, dan sebaliknya apabila PDIP tidak mencalonkan maka perolehan suara tidak akan optimal di bawah 20 persen.
Editor : Bayu Probo
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...