Ancaman Serangan Iran, AS Batasi Pergerakan Staf di Israel ke Luar Kota
Prancis ingatkan warganya tidak bepergian ke Iran, Lebanon, Israel, dan wilayah Palestina.
TEL AVIV, SATUHARAPAN.COM-Amerika Serikat mengatakan pada hari Kamis (11/4) bahwa pihaknya telah membatasi karyawannya di Israel dan anggota keluarga mereka untuk melakukan perjalanan pribadi ke luar wilayah Tel Aviv, Yerusalem dan Be’er Sheva di tengah ancaman Iran untuk membalas musuh regionalnya.
Iran telah bersumpah akan membalas serangan udara pada 1 April terhadap kompleks kedutaan besarnya di Damaskus, Suriah, yang meningkatkan ketegangan di wilayah yang sudah tegang akibat perang Gaza.
“Untuk sangat berhati-hati, pegawai pemerintah AS dan anggota keluarga mereka dilarang melakukan perjalanan pribadi ke luar wilayah Tel Aviv (termasuk Herzliya, Netanya, dan Even Yehuda), Yerusalem, dan Be'er Sheva hingga pemberitahuan lebih lanjut,” bunyi pernyataan tersebut.
Pernyataan Kedutaan Besar AS dalam peringatan keamanan disampaikan di situsnya pada hari Kamis. “Personel pemerintah AS diberi wewenang untuk transit di antara ketiga wilayah ini untuk perjalanan pribadi.”
Washington memiliki kebijakan untuk memberi tahu semua warga Amerika melalui peringatan tersebut ketika memperbarui langkah-langkah keamanan bagi personelnya di suatu negara.
Presiden AS, Joe Biden, mengatakan pada hari Rabu (10/4) bahwa Iran mengancam akan melancarkan “serangan signifikan terhadap Israel,” dan bahwa AS tetap berkomitmen terhadap keamanan sekutunya.
Ketika ditanya tentang peringatan keamanan tersebut, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, mencatat bahwa Iran telah membuat ancaman publik terhadap Israel.
“Kami melakukan penilaian berkelanjutan sepanjang waktu mengenai situasi di lapangan,” kata Miller pada konferensi pers. “Saya tidak akan membahas penilaian spesifik yang menyebabkan kami membatasi perjalanan pribadi karyawan dan anggota keluarga kami, namun yang jelas kami memantau lingkungan ancaman di Timur Tengah dan khususnya di Israel.”
Kunjungan Komandan AS ke Israel
Komandan tertinggi AS untuk Timur Tengah berada di Israel untuk melakukan pembicaraan dengan para pejabat militer negara tersebut mengenai ancaman keamanan, kata Pentagon pada Kamis.
Kunjungan tersebut terjadi di tengah kekhawatiran bahwa Iran akan membalas setelah serangan Israel yang menewaskan tujuh anggota pasukan elit Pengawal Revolusi Teheran, termasuk dua jenderal, di Suriah awal bulan ini.
Jenderal Erik Kurilla berada di Israel “untuk bertemu dengan pimpinan penting IDF (Pasukan Pertahanan Israel)… (dan) membahas ancaman keamanan saat ini di wilayah tersebut,” kata juru bicara Pentagon, Mayor Jenderal Pat Ryder, kepada wartawan.
Ryder mengatakan perjalanan tersebut dipindahkan dari tanggal yang dijadwalkan sebelumnya “karena perkembangan terkini.”
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, pada hari Rabu (10/4) memperingatkan bahwa Israel “harus dihukum dan akan dihukum,” sementara Presiden AS Joe Biden menjanjikan dukungan “kuat” untuk sekutu regional utamanya.
Sementara itu, Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, berbicara pada hari Kamis dengan timpalannya dari Israel Yoav Gallant, yang mengatakan kepada kepala Pentagon bahwa “serangan langsung Iran akan memerlukan tanggapan Israel yang tepat terhadap Iran.”
Keduanya “membahas kesiapan Iran untuk melakukan serangan terhadap negara Israel,” kata Kementerian Pertahanan Israel dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa Gallant “menekankan bahwa negara Israel tidak akan mentolerir serangan Iran di wilayahnya.”
Pentagon juga mengeluarkan pernyataan mengenai panggilan tersebut, mengatakan Austin berbicara dengan Gallant untuk “menegaskan kembali dukungan kuat AS terhadap pertahanan Israel dalam menghadapi meningkatnya ancaman dari Iran dan proksi regionalnya.”
“Menteri Austin meyakinkan Menteri Gallant bahwa Israel dapat mengandalkan dukungan penuh AS untuk membela Israel dari serangan Iran, yang secara terbuka diancam oleh Teheran,” katanya.
Peringatan Prancis
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Prancis pada hari Jumat (12/4) menyarankan warga Perancis untuk tidak melakukan perjalanan ke Iran, Lebanon, Israel, dan wilayah Palestina di tengah ancaman Iran terhadap musuh regionalnya.
Dalam pernyataan di platform media sosial X, Kementerian Luar Negeri Prancis menambahkan bahwa kerabat diplomat yang berbasis di Iran akan kembali ke Prancis dan pegawai negeri sipil Prancis kini dilarang melakukan misi apa pun di Iran, Lebanon, Israel, dan wilayah Palestina. (Reuters/AFP)
Editor : Sabar Subekti
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...