Loading...
DUNIA
Penulis: Eben E. Siadari 08:42 WIB | Selasa, 15 Desember 2015

Angela Merkel: Multikulturalisme Jerman Palsu!

Kanselir Jerman, Angela Merkel, disambut oleh para pengungsi ketika ia mengunjungi kantor Pemerintah Federal Jerman untuk urusan Migran dan Pengungsi (Foto: Bundesregierung/Kugler)

BERLIN, SATUHARAPAN.COM - Kebijakan pengungsi Kanselir Jerman, Angela Merkel, sebelum ini telah banyak menarik pujian dari seluruh dunia. Majalah Time dan surat kabar Financial Times baru-baru memilihnya sebnagai Person of the Year, dan para delegasi bertepuk tangan begitu lama di konvensi partainya pada hari Senin (14/12) sampai-sampai ia harus menghentikan tepuk tangan tersebut.

Namun, para pendukungnya cukup terkejut mendengar pidato yang disampaikannya setelah tepuk tangan panjang itu.

"Multikulturalisme menyebabkan masyarakat-masyarakat paralel dan karena itu tetap menjadi 'kebohongan hidup,'" atau palsu, kata dia, sebelum menambahkan, bahwa Jerman dapat mencapai batas-batasnya dalam hal menerima lebih banyak pengungsi.

"Tantangannya sangat besar," katanya.

"Kita inginkan dan kita akan mengurangi jumlah pengungsi."

Meskipun pernyataan ini  mungkin tampak seperti di luar karakter Merkel yang biasanya, dia mungkin akan bersikeras bahwa itu tidak bertentangan dengan pandangannya sebelumnya. Bahkan, dia sebetulnya hanya mengulangi sentimen yang pernah disuarakannya pertama kali beberapa tahun yang lalu, ketika dia mengatakan bahwa multikulturalisme di Jerman telah "gagal total."

"Tentu saja kecenderungan telah mengatakan, 'Mari kita mengadopsi konsep multikultural dan hidup bahagia berdampingan, dan dengan senang hati akan hidup  satu sama lain.' Tapi konsep ini telah gagal, dan gagal sama sekali, " kata dia pada tahun 2010.

Mengulangi ide-ide itu pada hari Senin (14/11), pernyataannya dimaksudkan untuk menenangkan para pendukungnya yang telah semakin lelah menghadapi masuknya pengungsi. Pendatang baru, Merkel menekankan, harus berasimilasi dengan nilai-nilai dan budaya Jerman, dan menghormati hukum negara.

Merkel menekankan bahwa meskipun ia memiliki komitmen untuk membatasi masuknya pengungsi, ia tetap pada keputusannya untuk membuka perbatasan lebih awal pada musim gugur ini.

"Ini adalah tes bersejarah bagi Eropa," kata dia, seperti dilansir oleh The Washington Post.

Ia menambahkan bahwa negara-negara lain di Eropa harus menerima lebih banyak pengungsi untuk mengurangi beban Jerman.

Pengungsi harus dibantu, kata dia, tetapi dia juga menyarankan bahwa tidak semua orang yang telah datang ke Jerman memenuhi kriteria pengungsi. Pemerintah Jerman diharapkan untuk meningkatkan deportasi dalam beberapa bulan mendatang.

Partai Merkel, Partai Uni Demokrat Kristen, sangat menyetujui kebijakan pengungsi-nya, dengan hanya dua dari sekitar 1.000 delegasi yang memberi suara menolak terhadap resolusi yang mendukung kebijakan Merkel.

Komentar Merkel juga mungkin mencerminkan pemahaman tertentu asimilasi. Banyak orang Jerman berharap imigran akan cepat belajar bahasa Jerman dan memberikan kontribusi kepada masyarakat dan kehidupan kerja.

Multikulturalisme biasanya memiliki konotasi positif, tetapi bagi Merkel, itu justru melambangkan munculnya masyarakat yang terisolasi di Jerman - dan akhirnya kegagalan asimilasi imigran. Padahal, kebijakan Merkel untuk mengatasi masalah ini justru dimaksudkan untuk menghindari penciptaan masyarakat pinggiran, seperti daerah di sekitar Paris,  di mana imigran muda terisolasi dari seluruh masyarakat.

Dibandingkan kritiknya terhadap multikulturalisme pertama kali pada tahun 2010, kali ini reaksi pendukungnya relatif kecil. Justru ia menuai tepuk tangan sangat panjang -- sembilan menit -- ketika berpidato dan Merkel terpaksa harus menghentikannya.

"Terimakasih, tetapi kita harus bekerja," kata dia.

Baca juga:


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home