Anggota TNI Tembak Orang Papua, Versi Warga
SATUHARAPAN.COM – Jika Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI E. Sodik dalam press release mengatakan anggota TNI menembak karena dikeroyok massa, warga setempat berkisah lain tentang insiden Jumat (28/8) dini hari itu.
Dihimpun dari Rappler, satu warga Mimika bernama Petrus mengatakan, insiden terjadi saat warga setempat menggelar syukuran dan warga menutup Jalan Koperapoka. Tiba-tiba ada dua anggota TNI yang menerobos palang jalan itu.
“Warga menegur dua anggota TNI itu dan menghentikan motor yang mereka kendarai,” tutur Petrus.
Petrus melanjutkan, seorang anggota TNI memang menghentikan motornya, tapi langsung membentak dan mengeluarkan kata-kata kasar kepada warga. Ini memancing kemarahan warga yang membuat dua anggota TNI itu langsung dikerumuni.
“Tak berapa lama, muncul lagi tiga anggota TNI menggunakan motor warna hitam dengan membawa senjata dan langsung menembaki masyarakat di situ, hingga ada korban jiwa,” kata Petrus.
Dari kejadian tersebut, dua warga meninggal terkena tembakan. Mereka adalah Imanuel Mairimau, 23 tahun, dari Suku Kamoro, Nawaripi. Imanuel tewas seketika dengan luka tembak di leher tembus ke belakang.
Korban kedua adalah Yulianus Okoare, 23 tahun, dari Suku Kamoro. Ia meninggal dunia dengan luka tembak di perut tembus belakang. Ia sempat sadar tapi kemudian meninggal dunia di Rumah Sakit Daerah Mimika.
Selanjutnya Martinus Apokapo, 24 tahun, dari Suku Kamoro, Nawaripi, kritis dengan luka tembak pinggang kiri. Kemudian Martinus Imaputa, 17 tahun, laki-laki, dari Suku Kamoro, dengan luka tembak dada kiri tembus paru-paru. Dan Thomas Apoka, 20 tahun, Suku Kamoro, dengan luka tembak kaki kiri bawah. Serta Moses Imipu, 23 tahun, Suku Kamoro, dengan luka tembak di paha kanan dalam.
Pesan Kapolda Papua
Kapolda Papua Brigjen Pol. Paulus Waterpauw (kedua kanan). (Foto: Antara) |
Pada hari yang sama, Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Papua, Brigjen Pol Paulus Waterpauw menyampaikan tiga pesannya bagi masyarakat di Mimika, terutama kepada warga Suku Kamoro.
“Pertama, kita harus saling bekerja sama, dengan membawa jenazah ke gereja atau ke rumah duka untuk disemayamkan secara terhormat,” ujarnya kepada warga yang menyemayamkan dua jenazah di depan Kantor Sub Detasemen Polisi Militer (SubDen POM) Kodam XVIII Cenderawasih, jalan Ahmad Yani.
Dikatakan, dengan disemayamkannya jenazah ke tempat terhormat. Tidak ada upaya provokasi dari pihak-pihak lain kepada masyarakat yang saat ini sedang berduka.
“Kita bawa kedua almarhum ke tempat yang layak, sehingga kita bisa fokus melakukan prosesi ibadah dan lain-lain hingga pemakaman almarhum, sambil kita berkomunikasi lebih lanjut,” ucapnya.
Kedua, terkait kehadiran Panglima Kodam XVII Cenderawasih yang baru, Mayjen TNI Hinsa Siburian. Kapolda akan berkomunikasi dan mengupayakan kehadiran Pangdam.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...