Antagonism, Humor-Satire Dalam Pameran Tunggal Agni Saraswati
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perupa muda asal Yogyakarta Agni Saraswati akan menggelar pameran tunggal pertamanya bertajuk Antagonism di Sangkring Art space yang mengangkat isu-isu antagonisme.
Agni memandang antagonisme sebagai sisi psikologis yang berperangai buruk, lawan dari protagonisme yang berperangai baik. Antagonisme terpancar pada banyak hal seperti gambar, narasi, benda-benda, baik sebagai ekspresi individual maupun sosial.
Dalam catatan kuratorialnya, Sudjud Dartanto menjelaskan karya-karya Agni yang sebagian besar menunjukkan corak sureal yang memiliki kekuatan 'teror', suasana ‘horor’, dengan cara ganjil, namun sekaligus padat dengan humor-satire. Ekspresionisme jenis ini mengingatkan kita pada gaya ekspresionisme Jerman yang berkembang sebelum masa Perang Dunia Pertama, sebuah aliran yang mengeksplorasi kekuatan bahasa visual horor.
Apa yang ditempuh oleh Agni menunjukkan eksplorasi yang memungkinkan dirinya bermain dengan simbol-simbol imajiner. Warna-warna karyanya bukanlah monokromatik seperti karya-karya ekspresionisme Jerman, namun meriah dengan warna ‘pucat’, dalam arti sebagai warna psikologis.
Pada karya “Madre” misalnya, warna-warna dalamnya ditampilkan dengan memperlihatkan raut-raut wajah yang menampilkan komposisi urat yang artistik. Selain wajah bisa menjadi sebongkah otak dengan tekstur daun, tampak gestur tangan yang mengundang teka-teki: menunjukkan pertanda apakah itu?
Pada karya “The Vision” tangan perempuan itu berjumlah empat, melaju di atas perahu dengan ombak kuat, sosok sentral bermata beludru lembut itu tersenyum dengan dua bongkah bulatan: yang satu tangan mengangkat objek ke atas, satu lagi didekapnya dengan tersenyum, dua perempuan menyerah pada kakinya sementara perempuan lain melesat dengan kapal kertas. Semua sosok dalam lukisan ini tampil dengan gestur enigmatik dengan atribut-atributnya yang ganjil.
Diluar kedua karya tersebut, Agni masih memamerkan karya lukis lainnya.
Antagonism akan dibuka pada Rabu (1/3) malam dan berlangsung hingga 15 Maret 2017 di Sangkring Art Project Jl. Nitiprayan No. 88, Ngestiharjo-Bantul, Yogyakarta. Selain pameran akan dilakukan diskusi dengan seniman pada 12 Maret, lokakarya “Sental-sentil Wayang Spon” oleh Sanggar Anak Zaman, serta workshop ikat celup “Die2 Tie” bersama Ellizabeth Heydi. Bagi pengunjung yang ingin menyaksikan pameran dengan dipandu senimannya bisa hadir pada 15 Maret.
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...