Antropolog Australia Prihatin HIV Tersebar di Papua Barat
AUCKLAND, SATUHARAPAN.COM – Persebaran virus Human immunodeficiency virus infection (HIV) yang merupakan penyebab penyakit AIDS acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) di Propinsi Papua Barat saat ini memprihatinkan. Hal ini diungkapkan seorang antropolog budaya dari Australian National University (ANU), Jenny Munro pada Senin (7/4) dalam sebuah wawancara di stasiun radio Selandia Baru.
Jenny Munro melakukan studi tentang HIV dan AIDS di beberapa propinsi di Indonesia dalam kurun waktu Agustus hingga Desember 2013.
“Penelitian kami menyebutkan bahwa setidaknya 2,5 persen populasi orang dewasa di Papua Barat terinfeksi, sementara pemuda yang termasuk dalam rentang usia 15 sampai 24 tahun sebanyak tiga persen. Sementara kaum agamawan tidak terlalu percaya dengan riset kami, karena mereka meyakini fakta yang terjadi di Papua Barat saat ini dapat lebih buruk dari angka tersebut,”kata Jenny Munro.
Jenny mengatakan penelitian yang dilakukan ANU pada akhir Desember 2013 menunjukkan bahwa berdasarkan asal sukunya, maka penderita HIV yang ada di Papua prosentasenya yakni 2,5 persen dari penduduk pribumi, sementara 1,8 persen merupakan imigran asal luar Papua.
Dr Jenny Munro adalah seorang antropolog budaya yang bekerja di Papua Barat dan daerah lain di timur Indonesia. Dia bergabung dengan SSGM (State, Society, and Governance in Melanesia Program) yang merupakan bagian dari Australian National University pada 2013.
Penelitian doktornya diikuti sekelompok mahasiswa asli dari dataran tinggi tengah Papua Barat ke Sulawesi Utara dan kembali ke rumah lagi untuk menguji dampak sosial, budaya, dan politik pendidikan.
Jenny mengatakan angka tersebut tidak dapat dikesampingkan dari kehidupan sosial dan budaya sehari-hari masyarakat Papua.
”Kita mengatakan bahwa ini adalah masalah yang benar-benar kritis dan sangat memprihatinkan penduduk asli Papua, perbandingan antara penduduk asli dan pendatang tidak proporsional, sayang sekali perbandingan ini terjadi juga di dalam pengidap HIV dan AIDS,” lanjut Jenny.
Penelitian yang dia kerjakan tersebut menyebut ada beberapa masalah yang benar-benar kompleks dan ada banyak banyak faktor yang mempengaruhi persebaran HIV dan AIDS, salah satunya yakni minimnya akses kesehatan bagi penduduk asli Papua yang cenderung tinggal di daerah pedesaan terpencil.
“Kita tidak bisa sepelekan itu, karena itu adalah masalah besar di Pulau Paua, terutama provinsi Papua Barat , jadi ada dua provinsi di sana sejak 2003, (Provinsi Papua dan Papua Barat – red) dan di provinsi Papua Barat 70 persen penduduk masih tinggal di daerah pedesaan,” lanjut Jenny.
Sejak menyelesaikan studi doktoral dan mendapat gelar PhD pada 2010, Jenny telah melakukan lima proyek penelitian etnografi kolaboratif dalam domain dari HIV/AIDS, seksualitas, pendidikan, dan kekerasan yang berhubungan dengan alkohol. Penelitiannya mencerminkan kepentingan yang lebih luas dalam memahami muncul dan abadi kesenjangan yang membentuk kembali kehidupan sehari-hari di Papua Barat. Kekhawatiran ini sangat penting tinggi lokal dan berbicara dengan aspek struktural dan pengalaman pembangunan.
Jenny bersama beberapa antropolog lainnya mengatakan saat ini Provinsi Papua belum berpengalaman sejauh ini dalam penanggulangan HIV sehingga Jenny dan timnya tidak melakukan pendekatan yang sama seperti mendekati masyarakat modern.
“Misalnya di Wamena sebuah kota di dataran tinggi tengah provinsi Papua ada sebuah klinik yang dikelola penduduk asli setempat, dan menurut mereka itu yang sebenarnya cukup unik di Papua Barat dan beroperasi sesuai dengan standar tradisi mereka sendiri,” kata Jenny.
Jenny Munro mengatakan beberapa pejabat kesehatan di Papua Barat mulai mengakui nilai-nilai adat dalam melakukan pendekatan bagi pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS.
Setelah melakukan penelitian tersebut, Jenny menerbitkan artikel tentang stigma rasial dan pengalaman kehamilan pranikah (Jurnal Studi Tentang Kepemudaan), politik penelitian HIV dan penerapannya dalam pendidikan (terbit di The Asia Pacific Journal of Anthropology), dan pengalaman masyarakat adat dari sudut pandang pendidikan di Papua Barat (Indonesia).(radionz.co.nz/abcaustralia.com.au/anu.edu.au)
Editor : Bayu Probo
Awas Uang Palsu, Begini Cek Keasliannya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peredaran uang palsu masih marak menjadi masalah yang cukup meresahkan da...